Para akademisi perlu memahami apa itu plagiarisme, bagaimana dampak hukumnya, serta
teknologi yang dapat membantunya terhindar dari kejahatan tersebut. Namun di atas itu semua,
para akademisi harus memiliki kejujuran intelektual yang menjadi benteng utama dari
plagiarisme. Hal ini terungkap dalam “Library Open Discussion: How to Avoid Plagiarism” di
Ruang Multimedia Gedung Bangkit Lt. 2 Telkom University. Tampil sebagai pembicara pakar
bidang intellectual property right Dr. V. Henry Soelistyo Budi, dosen sekaligus peneliti Telkom
University Dr. Adiwijaya, dan trainer i-Thenticate (check plagiarism tools) Ririana.
Dalam paparannya, Henry mengatakan bahwa pragiarisme merupakan penipuan ilmiah
(scientific fraud) yang terdiri dari perbuatan memanipulasi fakta atau menerbitkan hasil karya
orang lain, membohongi publik, merusak nilai-nilai obyektifitas, serta ketidakjujuran. Henry juga
memperkenalkan istilah self plagiarism di mana seorang peneliti melakukan pendaurulangan
karya sehingga menjadi publikasi ganda pada lebih dari satu media.
“Sanksi bagi plagiator di perguruan tinggi diatur dalam Permendiknas No.17 Tahun 2010. Sanksi
terberatnya adalah pemberhentian dengan tidak hormat dan pembatalan ijazah bagi dosen dan
mahasiswa. Sanksi ini sudah banyak diterapkan di beberapa perguruan tinggi, jadi hati-hati,”
tutur penulis buku “Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika” itu.
Adiwijaya sendiri berbagi tentang pengalamannya dalam membuat karya ilmiah. Hingga saat ini,
setidaknya ada 40 paper karyawa Wakil Dekan I Fakultas Informatika Telkom University tersebut
yang terindeks Scopus/ISI. Menurut Adi, tidak ada cara yang mudah untuk membuat paper. Para
akademisi harus berpikir keras dan terbuka, serta aware terhadap apa yang terjadi di dunia.
Dengan begitu, dia dapat terhindar dari plagiarisme.
“Yang terpenting juga adalah orisinalitas ide kita. Saya pikir setiap manusia memiliki otak dan
pikiran masing-masing, jadi hasilnya pasti berbeda. Kalau ada penelitian yang mirip dengan
punya kita, sebutkan saja,” katanya.
Sementara itu, Direktur Admisi & International Office Telkom University Rinna Fridiana
mengatakan, Library Open Discussion merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh tim Unit
Sumber Daya Keilmuan & Perpustakaan Telkom University. Setiap bulan, Library Open
Discussion menghadirkan narasumber-narasumber kompeten di bidangnya untuk membahas
isu-isu populer dan relevan dengan kondisi saat ini maupun akan datang. Rinna berharap sivitas
akademika dan masyarakat umum dapat memanfaatkan diskusi ini sebagai wadah untuk
memperkaya pengetahuan diri.***