Samar merupakan film fiksi pendek yang mengangkat tentang penyakit prosopagnosia. Prosopagnosia atau buta wajah merupakan penyakit yang membuat penderitanya tidak dapat mengenali wajah siapapun. Hal ini menyebabkan penderita mengalami gangguan sosial berupa dijauhi dan dikucilkan oleh lingkungannya. Penggambaran penderita melalui media film dan penyutradaraan film yang tepat kemudian menjadi tujuan perancangan agar dapat menyampaikan pesan mengenai penyakit ini kepada audiens. Metode kualitatif kemudian digunakan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dan model analisis psikologi kognitif digunakan untuk mendapatkan hasil analisa mengenai keadaan penderita penyakit prosopagnosia yang kemudian digunakan dalam penyutradaraan film. Hasil analisa berupa keadaan penderita penyakit prosopagnosia yang merasa sendiri dan kesepian karena gangguan sosial yang dialaminya kemudian menjadi dasar dalam konsep penyutradaraan. Maka dirancang film fiksi pendek dengan penyutradaraan yang tepat untuk menggambarkan penderita penyakit prosopagnosia yang merasa sendiri dan membutuhkan perhatian dari lingkungan terdekatnya kepada target audiens berupa remaja di wilayah perkotaan di Indonesia. Melalui media utama film fiksi pendek, narasi dapat dieksplorasi secara maksimal dalam penyampaian pesan agar tersampaikan dengan baik dan wacana mengenai kesendirian penderita prosopagnosia dapat tersampaikan dan lingkungan bisa memberikan perhatian yang cukup kepada penderita, karena mereka tidak dapat mengenali siapapun.