PERANCANGAN PERBAIKAN AREA PERMESINAN KOMPONEN ISOLATING
COCK DI PT PINDAD (PERSERO) UNTUK MEMINIMASI WASTE
MENGGUNAKAN METODE 5S DENGAN PENDEKATAN LEAN
MANUFACTURING
DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA COMPONENTS ISOLATING COCK IN
PT PINDAD (PERSERO) TO MINIMIZE WASTE USING 5S METHODE WITH LEAN
MANUFACTURING APPROACH
Angela Merici Dinda 1 , Dr.Dida Dyah Damyanti 2 , Ir. Widia Juliani 3
1,3
Prodi S1 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Telkom
[email protected], 2 [email protected], 3 [email protected]
1
Abstrak
PT Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam
bidang Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dan produk komersial seperti sistem pengereman kereta
api (Air Brake System). Salah satu part dari Air Brake Sytem adalah Isolating Cock. Komponen Isolating Cock
sendiri terdiri atas beberapa part yaitu Baut Ventilasi, Penutup, Rumah Isolating Cock dan Flens. Dalam
proses produksinya, masih terjadi aktivitas-aktivitas pemborosan di area produksi yaitu waste motion, waste
inventory dan waste transportation . Hal tersebut menyebabkan permasalahan dalam penyeleseaian order
sehingga order mengalami keterlambatan. Untuk menghilangkan waste tersebut, digunakan pendekatan lean
manufacture.
Tahap penelitian diawali dengan mengumpulkan dan menganalisis data waktu primer. Tahap selanjutnya
yaitu mencari akar penyebab waste menggunakan tools berupa Checklist, fishbone diagram dan 5Why.
Berdasarkan analisis dengan tools tersebut, diketahui waste yang terjadi dapat dihilangkan dengan adanya
perbaikan area kerja. Oleh karena itu, dilakukan tahap perancangan usulan perbaikan dengan menggunakan
tools lean manufacture yaitu 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke) untuk mengeliminasi waste motion, waste
inventory, waste transportation sehingga dapat menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
Kata Kunci: Lean Manufacturing, Waste, 5S
Abstract
PT Pindad (Persero) is a BUMN company which concern on weaponry and commercial item such as air brake
system of train. One part of the air brake sytem is Isolating Cock. Isolating Cock components consists of several
parts, there are Baut Ventilasi, Penutup, Rumah Isolating Cock and Flens.On production system, there still some
waste activity such waste motion, waste inventory and waste transportation. It will create some problem to finish
the order and get delayed. To reduce it, lean manufacture must be used.
It started from collected and analyst time activity of production process, then find the root of waste problem with
tools like Checklist, fishbone and 5Why. Based on analysis with that tools, waste can be reduced by improve the
work area. Hence, researcher propose improvement program use lean manufacture tools which is 5S (seiri, seiton,
seiso, seiketsu, shitsuke) to eliminate waste motion, waste inventory and waste transportation and reduce activity
that haven't value added.
Keywords : Lean Manufacturing, Waste, 5S
1.
Pendahuluan
PT. Pindad (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang
Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. perusahaan jasa dan manufaktur yang bergerak di
bidang produksi untuk berbagai kebutuhan angkatan darat, KAI, dan sebagainya. PT. Pindad (Persero) memiliki 6
divisi yakni departemen Senjata, divisi Munisi, divisi Kendaraan Khusus, divisi Tempa dan Cor, departemen Mesin
Industri dan Jasa serta divisi Bahan Peledak Komersial. Divisi Mesin Industri dan Jasa PT Pindad (Persero) adalah
divisi yang menghasilkan produk-produk komersial antara lain mesin listrik, sistem pengereman kereta api, peralatan
kapal laut dan jasa pemesinan. Salah satu komponen yang diproduksi adalah Air Brake System. Salah satu part dariAir Brake Sytem adalah Isolating Cock. Komponen Isolating Cock sendiri terdiri atas beberapa part yaitu Baut
Ventilasi, Penutup, Rumah Isolating Cock dan Flens.
Permintaan terakhir untuk komponen Isolating Cock ini sebesar 600 pasang atau 1200 unit dari PT INKA. Periode
order untuk permintaan tersebut adalah 4 bulan yakni mulai dari bulan Agustus sampai awal Desember.
Permasalahan yang terjadi adalah pengiriman komponen Isolating Cock melebihi dari target yang telah dijadwalkan.
Gambar 1 menunjukan ketidaksesuaian antara target produksi perusahaan dengan hasil akhir (aktual).
Ketidaksesuaian tersebut menyebabkan keterlambatan pengiriman part Isolating Cock kepada PT INKA.
Gambar 1 Jumlah Produksi Target dan Aktual Part Penyusun Isolating Cock Pada Departemen Permesinan
(Agustus-Desember)
Mesin yang digunakan adalah mesin konvensional jadi proses permesinan dilakukan oleh operator dan beberapa tools
sebagai alat bantu setup, alat bantu ukur maupun sebagai alat bantu selama proses produksi berlangsung.Peralatan
yang digunakan banyak dan hampir sama sehingga pengorganisiran peralatan masih kurang teratur.
Dalam perjalanannya proses produksi pada departemen permesinan mengalami banyak hambatan terutama
dikarenakan pemborosan (waste) yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Identifikasi pemborosan dilakukan
dengan metode wawancara serta pengamatan langsung. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi waste yang terdapat
pada area mesin bubut, mesin bor dan mesin frais ketika dalam proses produksi komponen Isolating Cock. Identifikasi
waste yang terdapat pada proses produksi komponen penyusun Isolating Cock ditampilkan pada tabel berikut,
Tabel 1 Identifikasi Waste
Waste
Transportasi
Inventory
Motion
Waiting
Overproduction
Overprocessing
Defect
Ada
?
?
?
Tidak
?
?
?
?
Total
Presentase
25%
25%
38%
0%
0%
0%
13%
100%
Penelitian ini hanya difokuskan pada waste inventory, motion dan transportation karena menurut hasil wawancara
kepada supervisor area mesin konvensional, komponen yang mengalami defect yakni komponen yang berasal dari
departemen tempa dan cor sedangkan frekuensi defect di departemen permesinan khususnya pada area produksi
Isolating Cock hampir tidak ada.
Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada Divisi Mesin Industri dan Jasa bagian Permesinan khususnya
pada area mesin bubut dalam pembuatan komponen penyusun Isolating Cock dan akan dikembangkan suatu
rekomendasi rancangan strategi perbaikan dengan menggunakan prinsip dan tools Lean yang bertujuan untuk
membuat rancangan usulan dalam upaya mendukung tujuan perusahaan untuk meminimasi waste sehingga target
perusahaan terpenuhi. Lean [1] adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi pemborosan atau waste sehingga
mampu menekan bahkan mengurangi kegiatan atau aktivitas yang tidak bernilai tambah .Prinsip 5S [2] penting untuk
diterapkan pada lingkungan kerja sebagai landasan utama yang mendukung keberhasilan sistem yan telah ditetapkan.2.
Perancangan Perbaikan Area Permesinan
MODEL KONSEPTUAL
Waktu
Siklus
Alur Proses
Produksi
Layout dan
Area Kerja
Produksi
Jumlah dan
Jenis Mesin
dan Alat
Data Jam
Kerja
Data Aktivitas
Proses
Produksi
Lean Manufacturing
Fishbone
Diagram
5 Why
5S (Seiri, Seito,
Seiso, Seiketsu,
Shitsuke)
Usulan Perbaikan
Untuk Meminimasi
Waste
Gambar 2 Model Konseptual
Dalam penelitian yang berkaitan dengan perbaikan area permesinan dalam memproduksi 4 komponen penyusun
Isolating Cock, maka data yang dibutuhkan adalah data waktu siklus, data alur proses produksi, data layout dan area
kerja produksi, data jam kerja dan data waktu aktivitas proses produksi. Langkah pertama yang dilakukan adalah
melakukan pengamatan terhadap alur proses produksi dan aktivitas yang ada didalamnya untuk memperoleh data
waktu siklus. Kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk mengetahui aktivitas proses produksi yang tidak
memberi nilai tambah. Langkah selanjutnya adalah mencari akar penyebab aktivitas pemborosan tersebut
menggunakan tools checklist, fishbone diagram dan 5Why. Setelah mengetahui akar penyebabnya maka dibuat
perancangan usulan perbaikan dalam meminimasi waste sehingga aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat
dieleminasi.
2.1 Identifikasi Penyebab Waste
Dalam penelitian ini hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi akar penyebab waste menggunakan tools
fishbone diagram untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari masalah yang ada dan menggunakan 5 Why untuk
mengetahui akar permasalahannya.
2.1.1 Identifikasi Waste Motion
Para pekerja sering melakukan gerakan untuk mencari alat bantu kerja karena tools tersebut seringkali tertutup oleh
tools lain yang menumpuk di lemari penyimpanan. Sehingga para pekerja tersebut melakukan pencarian alat dengan
cara berputar bahkan berjalan menuju workstasion yang lain untuk mengambil tools. Adanya waste gerakan yang tidak
perlu ini mejadi salah satu waste yang paling banyak ditemui di seluruh workstasion.Man
Operator tidak disiplin
menyimpan tools
Operator mencari tools dan alat ukur
Waste Motion
Lantai produksi
kotor
Gambar 3 Fishbone Diagram Waste Motion
Tabel 2 Identifikasi Waste Motion dengan 5Why
Cause
Why
Why Why
Adanya pencarian Tools dan alat ukur
tools dan alat ukur tidak tersusun rapi
pada tempatnya Operator
sembarangan
dalam
menyimpan tools Tidak ada tempat
khusus untuk
menyimpan tools
Lantai produksi
kotor Sisa material
tidak langsung
dibersihkan dan
dibuang Operator
menunggu alat
kebersihan
Sisa material
dibiarkan
berserakan di lantai
Why
Alat kebersihan
dipakai di
workstasion lain
2.1.2 Identifikasi Waste Inventory
Barang dalam proses, atau barang jadi yang berlebih menyebabkan lead time yang panjang, barang kadaluarsa, barang
rusak dan keterlambatan. WIP yang menumpuk disebabkan karena tidak adanya sistem batch atau lot size yang jelas,
selain itu WIP ini seringkali menghalangi jalan para operator karena WIP dibiarkan berantakan di lantai produksi
masing-masing workstasion. Hal ini karena tidak adanya tempat penyimpanan untuk WIP.
WIP menumpuk di antara
workstasion
Waste Inventory
Gambar 4 Fishbone Diagram Waste Inventory
Tabel 3 Identifikasi Waste Inventory dengan 5 Why
Cause
WIP menumpuk
diantara
workstasion
Why
Adanya jumlah
batch yang besar
Why
Why
Why
Penjadwalan
order yang sudah
ditentukan
2.1.3
Identifikasi Waste Transportation
Dalam memindahakan WIP keseluruhannya dilakukan secara manual oleh operator yang bekerja pada proses
sebelumnya sehingga kapasitas pengangkutan tiap produk setengah jadi terbatas. Selain keterbatasan kapasitas angkut,
area mesin konvensional adalah tipe layout proses sehingga dalam proses pemindahan material, operator harus berjalan
jauh ketika akan memindahkan material ke mesin yang berbeda jenis.Waste Transportation
Gambar 5 Fishbone Diagram Waste Transportation
Tabel 4 Identifikasi Waste Transportation dengan 5 Why
Cause
Operator berjalan
jauh untuk
memindahkan
material
Operator berjalan
mengambil material
Why
Jarak perpindahan
antar mesin yang
berbeda jenis cukup
jauh
Operator harus
mengambil sendiri
material yang akan
diproses
Why
Layout yang
digunakan adalah
layout proses
Tidak adanya
material handler
yang mengantarkan
material
Why
Why
Why
Bagian production
control tidak
menggunakan
material handler
2.2 Perancangan 5S
Setelah dilakukan identifikasi masalah, akar masalah yang paling banyak ditemukan yaitu adanya gerakan yang tidak
memiliki nilai tambah atau tidak perlu seperti mencari, manjangkau dan berjalan. Dalam upaya menghilangkan
gerakan-gerakan yang tidak memiliki nilai tambah tersebut dilakukan perancangan usulan dengan menerapkan good
housekeeping. Oleh karena itu dilakukan tindakan evaluasi dan perbaikan kondisi lantai kerja pada penelitian ini
dilakukan dengan menerapkan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) [3] . Kondisi lantai produksi yang nyaman
dan bersih akan berpengaruh pada kinerja operator dalam melakukan tiap aktivitas prosesnya. Hal ini juga akan
berpengaruh pada hasil produksi part isolating cock.
2.2.1 Perancangan Seiri/Ringkas
Seiri merupakan tahapan pertama dalam penerapan 5S, yaitu melakukan pemilahan barang-barang. Aktivitas ini
berguna untuk memisahkan serta menyimpan barang-barang yang diperlukan dan menyingkirkan barang yang tidak
diperlukan. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pada area produksi hanya terdapat barang-barang yang diperlukan
saja untuk proses produksi sehingga akan menjadi lebih rapi. Perancangan seiri diawali dengan mengambil data
barang-barang yang ada di area produksi. Dalam tahap ini dilakukan pengambilan data terhadap seluruh barang yang
ada di area produksi. Pendataan ini bertujuan untuk membagi barang-barang tersebut apakah masih layak digunakan
atau tidak.
Setelah mendapatkan data barang-barang yang ada di area produksi, maka diperlukan data frekuensi pemakaian barang
untuk memisahkan antara barang yang masih diperlukan dan yang sudah tidak diperlukan. Hal ini bertujuan agar hanya
terdapat alat-alat yang diperlukan di dalam area kerja proses produksi.
Setelah mengidentifikasi barang-barang yang terdapat pada area produksi, langkah selanjutnya yaitu membuat red
tag. Red tag ini akan ditempelkan pada material/alat yang akan dipilih untuk menandai barang-barang yang sudah
tidak berguna agar mudah dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah
kemudian disingkirkan dari tempat kerja dan diletakkan di rak tempat penyimpanan sementara yang dimana sewaktu-
waktu barang tersebut akan digunakan kembali.
2.2.2 Perancangan Seiton/Rapi
Setelah dilakukan tahap pemilahan, langkah selanjutnya yaitu melakukan tahap penataan. Seiton dilakukan dengan
tujuan untuk mencegah pencarian barang-barang saat dibutuhkan dan mengurangi waktu dalam mencari alat produksi
sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Perancangan seiton diawali dengan
mengelompokkan barang yang diperlukan. Pengelompokkan barang ini dilakukan berdasarkan fungsi kepentingan
pemakain barang untuk mendukung dalam merancang tempat penyimpanan alat-alat produksi untuk mempermudah
dalam pencarian, pengambilan dan pengembalian. Selain itu pengelompokkan ini berguna untuk mengeliminasi
aktivitas waktu yang tidak bernilai tambah serta menjadikan area kerja yang rapih dan teratur.
Selanjutnya dibuat rancangan tempat penyimpanan usulan berdasarkan pengelompokan barang. Perancangan tempat
penyimpanan dibuat berdasarkan kesamaan fungsi dan jenis peralatan kerja tools pada masing-masing workstasion.
Gambar 7 (a) dan (b) merupakan salah satu contoh usulan rancangan lemari penyimpanan handtools.(a)
(b)
Gambar 6 (a) dan (b) Rancangan Shadowboard Tools
2.2.3 Perancangan Seiso/Resik
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu pembersihan barang yang telah ditata dengan rapih agar tidak
kotor. Sebisa mungkin tempat kerja dibuat menjadi bersih agar menciptakan area kerja yang sehat dan nyaman
sehingga mencegah turunnya motivasi pekerja akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
Pada keadaan aktual, alat kebersihan jumlahnya terbatas dan tidak terdapatnya tempat penyimpanan alat kebersihan
khusus. Maka dibuat usulan untuk menambahkan jumlah alat kebersihan agar setiap workstasion memiliki alat
kebersihan dan merancang tempat penyimpanan di setiap workstasion yakni memanfaatkan sisi belakang dari
shadowboard tools.
Gambar 7 Rancangan Shadowboard Alat Kebersihan
2.2.4 Perancangan Seiketsu/Rawat
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton dan seiso, yaitu penjagaan lingkungan kerja yang sudah rapih
dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus
distandarisasi. Standar-standar ini harus mudah dipahami, diimplementasikan keseluruh anggota perusahaan serta
diperiksa secara teratur dan berkala. Dalam perancangan seiketsu ini dibuat suatu instruksi kerja pada setiap
workstasion agar operator dalam melakukan aktivitas ketika akan memulai produksi, proses produksi dan setelahproses produksi lebih teratur dan lebih disiplin. Selanjutnya dengan penerapan Big Cleaning Day yaitu melakukan
aktivitas 3S yang dilakukan satu hari penuh setiap satu tahun.
2.2.5 Perancangan Shitsuke/Rajin
Langkah terakhir dalam penerapan 5S adalah Shitsuke, Shitsuke bertujuan untuk memotivasi pekerja agar terus
menerus melakukan dan ikut serta dalam kegiatan perawatan dan aktivitas perbaikan dan mentaati peraturan.
Penerapan ini dilakukan dengan membuat menerapkan tanggung jawab individual yakni kesadaran diri dari setiap
operator agar selalu menjaga kerapihan dan kebersihan area kerjanya. Dalam menunjang tanggung jawab individual
maka dilakukan jadwal rutin untuk melakukan audit 5S serta didukung dengan pembuatan poster 5S yang ditempel di
sekitar area kerja.
2.3 Perbandingan Setelah Penerapan 5S
Setelah dibuat rancangan 5S, maka aktivitas yang tidak diperlukan seperti mencari, memilih, meraih dapat dihilangkan
karena penyimpanan tools yang dibutuhkan sudah teratur, kondisi lingkungan kerja sudah bersih dan rapi, serta setiap
orang sudah membudayakan 5S tersebut. Selain itu lokasi tempat penyimpanan tools sudah berada dekat dengan mesin
dan tidak ada barang-barang yang diletakkan berantakan dilantai produksi. Maka berikut adalah hasil reduksi waktu
dalam aktivitas proses produksi untuk setiap komponen.
Tabel 5 Reduksi Waktu Aktivitas Proses Produksi
No.
3.
Komponen
Total Waktu sebelum
5S (menit) Jumlah reduksi waktu aktivitas
proses produksi (menit)
Total Waktu setelah
Presentase
5S (menit)
Reduksi Waktu
1 Rumah IC 393.39 90.09 303.30 22.90%
2 Flens 206.81 56.292 150.52 27.22%
3 Penutup 85.66 25.548 60.11 29.83%
4 Baut Ventilasi 11.448 47.68 19.36%
24.83%
59.13
Rata-rata Reduksi Waktu
Pembahasan
3.1 Analisis Seiri/Ringkas
Dalam tahap seiri ini dilakukan pemilahan barang-barang sesuai dengan kondisi dan frekuensi penggunaan barang.
Kemudian barang yang sudah tidak layak dan tidak digunakan dalam proses produksi diberi label red tag dan
disingkirkan ke red tag area. Penggunaan red tag memudahkan operator dalam mengidentifikasi barang-barang apa
saja yang masih diperlukan di area kerja berdasarkan prioritas penggunaan.
3.2 Analisis Seiton/Rapi
Setelah dilakukan proses pemilahan dan menyingkirkan barang yang diberi label red tag maka barang-barang yang
berada di area produksi adalah barang-barang yang hanya dipakai untuk proses produksi saja. Langkah selanjutnya
yakni menerapkan seiton yaitu melakukan penataan tools sesuai dengan fungsi dari setiap tools. Kemudian dibuat
shadowboard tools yang ditempatkan di masing-masing workstasion dengan tujuan memudahkan operator dalam
mengambil dan mengembalikan tools serta menghilangkan aktivitas mencari tools.
3.3 Analisis Seiso/Resik
Seiso merupakan tahapan dalam melakukan pembersihan diseluruh area kerja agar menjadi bersih dan rapi. Langkah
awal yang dilakukan adalah mendata peralatan kebersihan yang digunakan. Pada area ini peralatan kebersihan yang
ada masih kurang, untuk itulah diberi usulan adanya penambahan alat kebersihan untuk menyesuaikan dengan luas
area kerja yang digunakan. Selain itu, diberikan usulan pula tempat untuk menyimpan alat kebersihan tersebut agar
terlihat lebih rapi dan bersih.
3.4 Analisis Seiketsu/Rawat
Seiketsu merupakan langkah ke empat dalam penerapan 5S, yaitu menjaga lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih
menjadi suatu standar kerja. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap seiketsu ini yaitu membuat instruksi kerja
untuk menginstruksikan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan oleh operator untuk menjaga pelaksanaan 3S dan
menerapkan kegiatan big cleaning day dalam waktu satu hari penuh setiap satu bulan. Maka operator menjadi lebih
terorganisir dan pelaksanaan 3S akan selalu diterapkan serta kegiatan yang dikerjakan merupakan aktivitas yang
memberi nilai tambah.3.5 Analisis Shitsuke/Resik
Penerapan shitsuke di area produksi dilakukan dengan pembiasaan terhadap prosedur yang sudah dibuat. Untuk
membiasakan para operator maka dibuat petunjuk melakukan pelaksanaan 5S. Langkah yang dilakukan yaitu
membebankan tanggung jawab individual dengan memberikan peringatan visual 5S dan poster 5S serta melakukan
audit 5S secara rutin. Hal tersebut membuat operator termotivasi untuk selalu melaksanakan aktivitas 5S.
3.6 Analisis Ergonomi
Dalam upaya meningkatkan produktivitas operator dan mengurangi waste, maka dirancang fasilitas kerja yang
disesuaikan dengan data antropometri tubuh operator. Perancangan ini dibuat dengan tujuan agar operator tidak
mengalami fatigue. Perancangan usulan fasilitas kerja berupa shadowboard dengan tinggi yang disesuaikan dengan
tinggi badan tegak, lebar disesuaikan dengan panjang siku ke ujung jari dan panjang board disesuaikan dengan
jangkauan lengan ke samping.
4.
Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian di PT Pindad (Persero), maka dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Dalam mengidentifikasi akar masalah penyebab terjadinya waste, digunakan tools Checklist, fishbone
diagram dan 5Why. Masalah ini terjadi karena adanya waste motion, waste inventory dan waste
transportation. Secara garis besar waste motion disebabkan oleh berbagai aspek yakni man dan environment.
Dari segi man, operator melakukan gerakan pencarian tools karena tidak ada tempat khusus untuk
menyimpan tools. Dari segi environment, lantai produksi kotor karena pembuangan sisa material tidak
teratur. Waste inventory disebabkan oleh aspek methode yaitu komponen WIP dibiarkan menumpuk di antara
workstasion karena jumlah batch yang besar. Waste transportation disebabkan oleh aspek man yaitu operator
berjalan jauh untuk memindahkan material karena layout yang digunakan adalah layout proses dan operator
harus berjalan sendiri mengambil material karena tidak adanya material handler yang bertugas mengantar
material.
2. Untuk mengatasi masalah pemborosan yang terjadi, dapat dieliminasi dengan melakukan perancangan layout
yakni merubah layout proses menjadi layout produk serta mengusulkan untuk menambahkan material
handler sebagai pengantar material. Selain itu dilakukan perancangan 5S dengan melakukan perancangan
sebagai berikut:
a. Membuat red tag yang digunakan untuk menandai barang-barang yang harus dipindahkan dari area
kerja yang dimana sewaktu-waktu dapat digunakan kembali.
b. Perancangan shadow board tools dengan shadow dan labeling untuk menghilangkan proses
pencarian karena tools disusun rapi di board penyimpanan ini.
c. Perancangan rak untuk barang-barang yang diberi label red tag.
d. Perancangan tempat penyimpanan alat kebersihan.
e. Jadwal seiso selama 15 menit setelah mengakhiri proses produksi.
f. Big cleaning day untuk membersihkan area kerja selama satu hari penuh.
g. Membuat aturan kerja dengan tujuan agar operator selalu mengikuti aturan yang harus dilakukan
dalam menjaga lingkungan kerja.
h. Merencanakan audit 5S agar operator konsisten dalam menjaga kebersihan lingkungan kerja.
i. Poster 5S.
Daftar Pustaka
[1] Gasperz, V. (2011). Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
[2] Osada, T. (2002). Sikap Kerja 5S (Vol. 4). Jakarta: PPM.
[3] Gasperz, V. (2011). Lean Six Sigma for Manufacturing and Service Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama