Memasuki abad 21, persediaan energi primer (minyak dan gas bumi) semakin menipis, sementara kebutuhan energi semakin meningkat. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mengoptimalkan energi terbarukan. Di Indonesia, energi terbarukan yang potensial adalah energi surya. Alat yang digunakan untuk mengkonversi energi radiasi matahari menjadi energi listrik biasa dikenal sebagai panel photovoltaic atau sel surya.
Sel surya fotoelektrokimia banyak dikembangkan, karena tidak memerlukan material dengan tingkat kemurniaan tinggi. Peningkatan efisiensi sel surya berbahan dasar TiO2 sebagai bahan aktif penyerap foton, telah berhasil dilakukan. Efisiensi meningkat dikarenakan adanya pemberian bahan lain pada lapisan TiO2 yaitu, pemberian dopant CuO sebagai penambah spektrum serapan dan penambahan logam tembaga sebagai peningkat transport electron hasil eksitasi TiO2. Material CuO yang digunakan dibuat dengan menggunakan metode simple wet chemical, menggunakan 0,2 M Cu(NO3)2.3H2O dan prekursor NaOH berbeda molaritas (0,5 M, 0,75 M dan 1,5 M). Pengaruh molaritas prekursor terhadap CuO yang dihasilkan mempengaruhi kemurnian serta bentuk dari CuO, dan dilaporkan molaritas terbaik sebagai pembentuk CuO adalah 0,75 M NaOH.
Lapisan aktif sel surya dibuat dengan mencampurkan larutan TiO2 dan CuO, serta deposisi lapisan pada FTO menggunakan metode spray, sedangkan penyisipan partikel logam tembaga menggunakan metode electroplating. Sampel sel surya dibuat dengan mengapitkan polimer elektrolit antara film dan counter electrode alumunium. Efisiensi optimum sel surya TiO2 sebesar 0,029% didapat dengan menambahkan dopant 1,8% CuO. Peningkatan efisiensi 10x sel surya yang bernilai optimum sebesar 0,352% didapat dengan menambahkan partikel logam tembaga menggunakan sumber arus 10 mA selama 120 detik saat electroplating.