iii
ABSTRAK
Long Term Evolution
(LTE
) merupakan teknologi berbasis IP
yang dikeluarkan
oleh 3
GPP
sebagai 4G
,
yaitu standar untuk komunikasi da
ta nirkabel berkecepatan
tinggi.
Namun perkembangan LTE di Indonesia mengalami hambatan
dalam hal
alokasi frekuensi. Terbatasnya alokasi frekuensi yang ada membuat LTE masih sulit
digelar di Indonesia.
Tidak
hanya di Indonesia tetapi juga negara
negara lain.
Kemudian pada Maret 2010
LTE
Advanced
lahir sebagai
perkembangan dari LTE
Rel.8
dengan beberapa fitur baru
, s
alah satunya adalah
carrier aggregation
(CA).
Fitur ini dapat menggabungkan dua atau lebih
comp
onent
carrier
dengan
bandwith
maksimum sebesar 20 MHz per
carrier
baik dalam satu
band
frekuensi maupun
berbeda
.
Dalam tugas akhir ini penggunaan CA diharapkan dapat mengoptimalkan
frekuensi
existing
yang saat ini masih ditempati teknologi GSM. Oleh karen
a itu
dibuatlah suatu perancangan jaringan LTE
A dengan
bandwidth
15 MHz
menggunakan dua skenario yaitu: teknik
carrier aggregation
(CA)
dengan metode
inter band non
contiguous carrier
pada frekuensi 900 MH
z dan 18
00
MHz;
serta
tanpa
carrier aggregation
(N
on CA)
pada frekuensi
700 MHz
sebagai pembanding
performa dari CA dengan
studi kasus
manajemen frekuensi
di Indonesia.
Perancangan
yang dilakukan dengan dua pendekatan yaitu
planning
by
coverage
dan
planning
by
capacity
.
Parameter yang dianalisis pada
pene
litian ini antara lain: jumlah
site
, nilai RSRP,
serta persentase
user connected
berdasarkan simulasi Monte Carlo pada
Software
Atoll 3.2.1. Untuk perancangan dengan teknik CA diperoleh jumlah
site
sebesar 58,
nilai RSRP ?
80 dBm sebesar 72.1%, dan rata
rata persentase
user connected
79.25%. Sedangkan pada perancangan dengan teknik Non CA diperoleh jumlah
site
sebesar 54, nilai RSRP ?
80 dBm sebesar 64.1%, dan rata
rata persentase
user
connected
82
.94%.
Berdasarkan jumlah
site
,
terdapat
selisih 4
site
lebih banyak pada
CA, s
edangkan
untuk
nilai RSRP ?
80 dBm
,
berbeda
8%
lebih banyak pada CA.
Berdasarkan
rata
rata persentase
user connected
,
kedua teknik ini menghasilkan
perbedaan yang tidak terlalu
jauh yaitu
3.69%
lebih banyak pada Non
CA.
Beberapa
parameter di atas menunjukkan bahwa hasil perancangan dengan teknik CA nilainya
mendekati Non CA. Sehingga berdasarkan parameter tersebut dapat disimpulkan
bahwa CA layak diterapkan di Indonesia. carrier aggregation, bandwidth , alokasi frekuensi.