Kemajuan teknologi di bidang perbankkan yang semakin pesat dan cepat, menuntut
bank-bank baik swasta maupun negeri saling berlomba untuk jadi yang terdepan. Baik
pelayanan, kemudahan, pengusaan teknologi dan sumber daya manusia menjadi faktor utama
penentu keberhasilan dan kemajuan sebuah bank. Kenyatan ini juga yang menjadikan Bank
Indonesia merasa perlu untuk mengimbangi teknologi dan memiliki sumber daya manusia yang
berkualitas. Mengingat fungsi Bank Indonesia sebagai bank pengawas dari semua bank-bank
yang ada di Indonesia, maka Bank Indonesia lebih tertuntut lagi untuk menjadi yang terdepan.
Pada penelitian ini difokuskan pada usaha-usaha penciptaan sumber daya manusia yang
berkualitas, dengan harapan Bank Indonesia memiliki sumber daya manusia yang bekualitas
dapat mengusai teknologi. Penelitian ini bersifat penelitian perspektif dengan alat pengumpul
data yang digunakan adalah kuisioner yang disebarkan kepada Karyawan Bank Indonesia
Bandung. Dari hasil kuisioner ini dapat diperoleh gambaran mengenai kondisi stress dalam
bekerja para keryawan, sekaligus persepsi mereka terhadap produktivitas kerja. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode multi regresi linier, untuk mengetahui pengaruh
stress dalam bekerja terhadap persepsi mengenai produktivitas kerja. Selain itu juga dilakukan
penentuan faktor-faktor penyebab stress dalam bekerja dengan menggunakan metode crosstab,
sehingga dapat diberikan usulan kepada pihak Bank Indonesia untuk mengambil langkahlangkah
dalam mengatasi penyebab stress tersebut.
Dari hasil pengelompokkan data, dapat diketahui bahwa bahwa terdapat 2 orang berada
pada level stress tahap I atau 2,5% dari jumlah responden. Sebagian besar karyawan berada
pada level stress yg ideal (Stress Tahap II) yaitu 45 orang atau 56,25%. Selain itu juga terdapat
21 orang berada pada level stress tahap III, atau sekitar 26,25%. Namun masih terdapat
beberapa karyawan yang berada pada level stress yang cukup menghawatirkan (Stress Tahap
IV) yaitu sekitar 15%. Disini tidak terdapat karyawan pada level stress tahap V, yaitu 0%.
Berdasarkan pengelompokkan stress yang ada, peneliti menetapkan target level stress
dalam bekerja adalah pada stress level II. Karena berdasarkan teori
ini karyawan akan memiliki produktivitas yang paling tinggi, dan sedapat mungkin dihindari
stress level IV karena pada level ini karyawan berada pada tingkat produktivitas rendah dan
dapat mempengaruhi rekan karyawan lain.
Metode yang digunakan untuk menghitung seberapa besar pengaruh stress terhadap
persepsi mengenai produktivitas adalah multi regresi linier. Dari hasil perhitungan yang
dilakukan pengaruh stress dalam bekerja terhadap persepsi variabel produktivitas kerja,
dipengaruhi sebagian besar oleh variabel perasaan diperbudak pekerjaan.
Setelah itu dilakukan pengolahan data lagi untuk mengetahui persebaran level stress
para karyawan yaitu dengan menggunaka metode crosstab. Variabel yang dilakukan proses
crosstab adalah antara level stress dengan faktor-faktor potensial penyebab stress di lingkungan
kerja. Dari hasil crosstab ini terlihat bahwa pada unit kerja bagian BPR diindikasikan kurangya
jumlah karyawan dapat menyebabkan banyaknya penderita stress level IV. Selain itu jumlah
karyawan golongan 2 terhitung sedikit, hal ini dapat menyebabkan banyaknya penderita stress
level IV di kalangan karyawan golongan 3.
Dari analisa yang dilakukan dapat diberikan kesimpulan bahwa stress level IV ini
banyak disebabkan oleh kurangnya jumlah karyawan, sehingga sebagian karyawan merasa
pekerjaan yang terlampau banyak. Sehingga banyak karyawan merasakan perasaan seperti
diperbudak pekerjaan. Untuk mengatasi masalah ini dirasa perlu untuk mengadakan
penambahan jumlah karyawan untuk mengisi kekurangan karyawan.