Dalam perkembangan industri yang pesat dan persaingan industri yang semakin ketat
diperlukan berbagai upaya agar dapat mengimbangi itu semua diantaranya adalah penjagaan
kualitas dan peningkatan pelayanan terhadap konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
perencanaan produksi dan bahan baku yang akan membantu jalannya produksi. Bila bahan baku
tidak tersedia maka jalannya produksi akan terhambat dan berakibat terlambatnya pesanan akan
diterima oleh konsumen.
PT Capsugel Indonesia adalah sebuah industri yang bergerak dalam bidang farmasi dan
memproduksi High Gelatine Capsule. Perusahaan ini menjalankan aktivitas produksinya sesuai
dengan permintaan pasar yang mana jumlah maupun jenisnya sesuai pula dengan permintaan pasar,
sehingga menyebabkan sering terjadi perubahan dalam merencanakan produksinya. Dengan sering
terjadinya perubahan rencana produksi pada setiap periode pemesanan serta bahan baku yang
masih didatangkan dari luar negeri akan menyebabkan timbulnya masalah, seperti terlambatnya
produksi yang di
pun akan terlambat. Untuk itu diperlukan perencanaan produksi dan perencanaan kebutuhan bahan
baku yang tepat sehingga pelayanan terhadap konsumen dapat ditingkatkan.
Proses perhitungan perencanaan produksi disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Proses
perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan dengan metode yang sesuai,
kemudian dilakukan perencanaan agregat dengan metode Level Strategy setelah itu dilakukan
perencanaan disagregasi untuk menentukan jadwal induk produksi dan dilakukan pengecekan
kapasitas dengan Rough Cut Capacity Planning metode Bill of Labor dan akhirnya tahap akhir
yaitu melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku dengan Material Requirement Planning
dengan 2 metode yaitu metode Economic Order Quantity dan metode Least Total Cost yang
kemudian dipilih metode mana yang menghasilkan biaya yang paling minimum.
Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, Jadwal Induk Produksi yang dihasilkan
dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi yang tersedia. Dan untuk perencanaan kebutuhan bahan
baku dengan biaya yang minimum dilakukan dengan metode Least Total Cost. Biaya yang
dihasilkan sebesar 9.642.131 rupiah.