Saham merupakan salah satu media investasi yang menarik karena dapat memberi tingkat
keuntungan yang relatif lebih tinggi daripada deposito yang selama ini telah dikenal oleh
masyarakat. Namun tingkat resikonya pun relatif lebih tinggi, sehingga investor membutuhkan
suatu metoda untuk meminimalisir resiko tersebut seraya tetap mengoptimalkan keuntungan yang
akan diperoleh. Salah satu cara untuk meminimalisir resiko dan mengoptimalkan keuntungan dari
investasi tersebut adalah dengan melakukan diversifikasi saham. Berangkat dari landasan tersebut
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun portofolio optimal yang terdiri dari
instrumen saham-saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta serta membandingkan besar
resiko yang akan dihadapi dan besar pendapatan yang akan diperoleh antara portofolio saham yang
terbentuk dan saham-saham penyusunnya.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pembentukan portofolio yang optimal melalui dua
tahapan, yaitu dengan metoda indeks tunggal ditahap pertama dan analisis fundamental perusahaan
pada tahap selanjutnya. Metoda indeks tunggal dilakukan sebagai
yang tergabung dalam indeks LQ45 untuk menyeleksi performansi kinerja saham-saham
tersebut berdasarkan data historis. Sedangkan analisis fundamental dilakukan untuk lebih
memastikan bahwa saham-saham yang terpilih kuat secara fundamental. Portofolio yang telah
dibentuk melalui metoda indeks tunggal akan disesuaikan kembali apabila ternyata terdapat
komponen saham yang tidak layak secara fundamental.
Secara keseluruhan, portofolio ini memiliki peluang yang lebih baik daripada apabila
investor menginvestasikan modalnya dalam saham-saham individual penyusunnya. Dari hasil
pemetaan dalam diagram Ekspektasi Pendapatan – Resiko dan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode indeks tunggal didapatkan kumpulan saham yang efisien berikut proporsinya
adalah TINS 64,45%, BUMI 13,86%, BMRI 5,77%, SMCB 2,92%, ISAT 5,07%, INTP 1,79%,
INKP 1,78%, BBRI 1,13%, TLKM 2,48%, ASII 0,61%, dan UNTR 0,13%.
Dalam pembentukan portofolio yang optimal, saham SMCB dan INTP tidak disertakan
karena kondisi fundamentalnya yang buruk. Begitu pula saham INKP, ASII, dan UNTR yang
memiliki fundamental yang cukup kuat namun memiliki nilai intrinsik yang jauh lebih rendah dari
harga pasarnya pada akhir periode yang diteliti (
portofolio yang optimal adalah TINS 69,48%, BUMI 14,94%, BMRI 6,22%, ISAT 5,47%, BBRI
1,22%, TLKM 2,67%.