Menurut data Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2007, salah satu indikator
untuk mengukur kinerja rumah sakit adalah Bed Occupation Rate (BOR) atau angka
penggunaan tempat tidur. BOR menggambarkan tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat
tidur rumah sakit (hospital bed). Nilai ideal BOR untuk suatu rumah sakit adalah 75% sampai
85%. Namun ternyata ada beberapa rumah sakit yang meski nilai BOR-nya mencapai 100%,
ada pasien yang tetap tidak mendapat hospital bed. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui
bahwa ada kebutuhan fasilitas rumah sakit (terutama hospital bed) yang masih besar. Oleh
karena itu, penelitian ini mencoba merancang produk hospital bed dengan menggunakan
metode pengembangan produk Ulrich-Eppinger.
Untuk mendapatkan data primer, dilakukan wawancara kepada pelanggan utama
produk hospital bed. Berdasarkan wawancara yang dilakukan maka didapat 19 atribut
kebutuhan yang selanjutnya akan dikelompokkan dengan menggunakan tree diagram.
Penilaian yang dilakukan terhadap data primer adalah tingkat kepentingan dan tingkat
kepuasan. Perhitungannya dilakukan dengan menggunakan metode Weight Average
Performance (WAP). Data sekunder diperoleh dari CV. Bartec Utama Mandiri, produk
pesaing, literatur serta internet.
Dari hasil pengolahan data diperoleh 5 atribut kebutuhan yang memperoleh bobot
tertinggi yaitu produk hospital bed stabil (4,45), mempunyai pengunci roda (4,39), produk
hospital bed kuat (4,36), mempunyai pengaturan sandaran kaki (4,35), dan gerakan roda lancar
(4,33). Selanjutnya 18 atribut kebutuhan yang diperoleh pada saat wawancara diterjemahkan ke
dalam 21 metrik dalam spesifikasi teknis.
Berdasarkan analisis dan hasil pengolahan data yang dilakukan terhadap 19 atribut
kebutuhan dan 21 metrik, dapat diberikan rekomendasi kepada CV. Bartec Utama Mandiri
berupa rancangan produk hospital bed yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar dapat
dicapai kepuasan dan loyalitas konsumen di tengah iklim kompetisi yang makin ketat. perancangan produk, hospital bed, Ulrich-Eppinger