PT. Goodrich PINDAD Aeronautical Systems Indonesia adalah perusahaan yang melakukan
pasokan bahan komponen aerospace di seluruh dunia. Untuk menunjang sukses bisnis perusahaan, PT.
Goodrich PINDAD memiliki komitmen untuk menjaga mutu produk yang dihasilkannya. Hal tersebut
direalisasikan dengan menerapkan sistem kontrol mutu untuk tiap proses produksinya. Namun demikian,
perusahaan tersebut masih dihadapkan pada masalah kualitas yaitu adanya produk cacat yang tidak
memenuhi spesifikasi, terutama pada produk actuator body. Pada periode April 2009 - Januari 2010
angka reject rate yang dimiliki oleh actuator body telah melewati batas toleransi 5% yang ditetapkan oleh
perusahaan.
Berangkat dari hal di atas maka akan dilakukan pengendalikan jumlah cacat yang terjadi dengan
salah satu metode pengendalian kualitas yaitu Six Sigma. Prinsip utama Six Sigma adalah mencapai
kesempurnaan (3,4 DPMO) dengan mengendalikan proses-proses yang terjadi. Adapun tahapan-tahapan
dalam implementasi Six Sigma adalah Define, Measure, Analyze, Improve, Control (DMAIC). Tapi pada
penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap improve. Pada tahap define dilakukan penentuan proyek Six
Sigma, pemetaan proses, dan perumusan Critical to Quality (CTQ). Pada tahap measure dilakukan
pengukuran stabilitas proses, serta nilai sigma produk di level keluaran. Pada tahap analyze dilakukan
analisis stabilitas proses, analisis nilai sigma, serta analisis sebab akibat untuk mengidentifikasi faktorfaktor
penyebab cacat. Pada tahap improve dilakukan pembuatan usulan perbaikan cacat serta usulan
prioritas perbaikan yang bisa digunakan sebagai referensi oleh perusahaan.
Berdasarkan data yang ada dapat diketahui bahwa produk kritis yang paling berkontribusi adalah
produk jenis actuator body dengan jenis cacat yang teridentifikasi adalah cacat ukuran tidak tepat, kaliber
tidak sesuai dan geometri tidak sesuai. Nilai sigma produk actuator body untuk kurun waktu minggu ke-1
hingga minggu ke-40 tahun 2009-2010 adalah sebesar 3,57. Faktor-faktor penyebab terjadinya ketiga
cacat tersebut adalah dari segi manusia (misalnya, kurang teliti, kurang cermat, kelelahan), mesin (misal
kurangnya perawatan secara berkala), metode (misal setting mesin rumit) dan material (misal daya
kekuatan tarik dan tekan kurang) yang ada. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, perlu dilakukan
upaya perbaikan sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang ada misalnya dengan memberikan
training lapangan, melakukan perawatan secara berkala, pemberian reward and punishment,
pendokumentasian dan pendataan sistem produksi secara lengkap.
Kata kunci : Six sigma, defect, Critical to Quality (CTQ), level sigma