Gangguan pada sistem otot-kerangka manusia merupakan fenomena yang umum dialami
oleh pekerja yang melakukan aktivitas penanganan material secara manual. Aktivitas
penanganan material secara manual terdiri dari kegiatan pengangkatan, mendorong,
menarik, mengangkut dan memindahkan bahan. Untuk kegiatan penanganan secara manual
yang didominasi oleh aktivitas pengangkatan, gangguan sistem otot-kerangka yang sering
terjadi adalah gangguan pada tulang belakang. Adapun faktor-faktor yang dapat
menyebabkan gangguan pada tulang belakang adalah postur yang tidak alamiah, tenaga
yang berlebihan, pengulangan berkali-kali, dan lamanya waktu kerja (OHSCOs,2007).
Pada tahun 1991, National Institute for Occuptional Safety and Health (NIOSH) melakukan
penelitian tentang aktivitas pengangkatan secara manual dengan menggunakan tiga kriteria
penilaian fisik pekerja, yaitu biomekanika, fisiologi, dan psiko-fisik untuk mengurangi
resiko gangguan pada tulang belakang. Dari hasil penelitian ini, lembaga NIOSH
menyarankan berat rekomendasi yang diusulkan untuk aktivitas pengangkatan secara
manual adalah 23 Kg sebagai upaya untuk mengurangi resiko gangguan pada tulang
belakang.
Dalam unit kerja pemotongan besi baja di PT ACSET, masih ditemukannya aktivitas
pengangkatan secara manual. Dalam aktivitas pengangkatan ini ditemukan bahwa masih
ada berat material yang diangkat di atas berat rekomendasi yang diusulkan oleh lembaga
NIOSH. Material yang melebihi berat rekomendasi adalah besi baja ukuran 19, 22, 25, dan
32 mm. Oleh sebab itu analisa aktivitas pengangkatan secara manual untuk
mengidentifikasi peningkatan resiko gangguan pada tulang belakang harus dilakukan.
Menurut NIOSH, jika nilai lifting index lebih besar dari satu maka peningkatan resiko
pekerja mengalami gangguan pada tulang belakang akan terjadi. Dari hasil perhitungan
lifting index untuk pengangkatan besi baja ukuran 19, 22, 25, dan 32 masing-masing sebesar
1.64, 2.25, 1.48, dan 2.25. Dari nilai lifting index ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas
pengangkatan besi baja ini beresiko untuk menghasilkan gangguan pada tulang belakang.
Berdasarkan pendekatan ergonomi dalam perancangan kerja, sebuah rancangan kerja harus
disesuaikan dengan kapasitas fisik manusia secara umum agar pekerjaan tersebut dapat
dilakukan oleh semua populasi tanpa menimbulkan bahaya. Oleh sebab itu peningkatan
resiko harus dilakukan agar aktivitas kerja dapat dilakukan oleh semua pekerja, terlebih
pada industri konstruksi di Indonesia banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak terlatih.
Penambahan operator dan perubahan postur saat pengangkatan tidak dapat mengurangi
gangguan pada tulang belakang untuk pengangkatan semua material. Maka upaya yang
diusulkan untuk mengurangi resiko gangguan tulang belakang adalah dengan merancang
ulang stasiun kerja menjadi semi-otomasi. Keuntungan perancangan stasiun kerja menjadi
semi-otomasi (mekanik) selain menghindari aktivitas pengangkatan yang beresiko untuk
menyebabkan gangguan tulang belakang dengan cara mengeliminasi pengangkatan secara
manual, aktivitas ini juga mampu meningkatkan produktivitas pengangkatan. metoda NIOSH, ergonomi, gangguan pada tulang belakang