PT Glostar Indonesia (GSI) merupakan suatu perusahaan manufaktur yang
mengkhususkan pada pemroduksian footware. Perusahaan ini tergolong sebagai
perusahaan ODM (Original Desain Manufacturer), yang dituntut kualitasnya oleh
perusahaan OEM (Original Equipment Manufacturer) yang bekerjasama
dengannya. Maka dari itu perusahaan sangat memperhitungkan kualitas bahan
baku yang ada di supplier.
Salah satu permasalahan yang terjadi pada PT GSI ini adalah sering bergantigantinya
supplier bahan baku, terutama untuk supplier lokal. Berdasarkan data
tahun 2010 didapatkan bahwa perusahaan telah berganti-ganti supplier sebanyak
17 kali untuk lima bahan baku berbeda. Hal ini dikarenakan perusahaan sudah
tidak cocok dengan kualitas ataupun pelayanan yang diberikan supplier.
Sementara itu, supplier yang mendaftar pada PT GSI cukup banyak, sehingga
terjadi persaingan yang ketat. Disisi lain, sistem pemilihan supplier eksisting juga
belum terkomputerisasi. Hal ini menimbulkan dokumentasi yang tidak teratur,
lamanya waktu proses pemilihan supplier, serta kemungkinan kesalahan
perhitungan dan subjektivitas cukup besar. Melihat kondisi seperti ini, diperlukan
suatu sistem pemilihan supplier yang akurat agar tidak merugikan perusahaan
serta mengurangi tingkat subjektivitas pihak-pihak terkait.
Salah satu metode yang digunakan oleh para peneliti dalam pemilihan dan
evaluasi supplier adalah AHP (Analytical Hierarchy Process). Dasar berpikirnya
metode AHP adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun
rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif
itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan. Hal pertama yang dilakukan
yaitu dengan menyusun hierarki kriteria yang akan digunakan dalam memilih dan
mengevaluasi supplier, yaitu kriteria logistical performance, commercial
structure, dan production. Selanjutnya memberikan bobot pada masing-masing
kriteria berdasarkan tingkat kepentingan kriteria berpasangan, yaitu untuk
pemilihan supplier didapatkan logistical performance 0,408, commercial
structure 0,266, dan production 0,329, sedangkan bobot kriteria untuk evaluasi
suplier didapatkan logistical performance 0,309, commercial structure 0,294333,
dan production 0,398.
Akhirnya didapatkanlah sistem pemilihan dan evaluasi supplier dengan
pendekatan logis dan sistematis yang dapat membuat proses pengambilan
keputusan menjadi lebih terstruktur dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu
agar sistem rancangan ini mudah dalam penggunaannya maka dibuat dalam
bentuk sistem informasi. Secara fungsional sistem tersebut dapat membantu pihak
perusahaan, terutama untuk departemen PPIC dalam memilih dan mengevaluasi
supplier.
Pemilihan dan Evaluasi Supplier, AHP, Sistem Informasi