PT. Agronesia Divisi Industri Es Saripetojo Bandung merupakan perusahaan penghasil es balok dengan mayoritas konsumen industri makanan dan minuman. Perusahaan menggunakan sistem make to order dalam kegiatan produksi. Produk es balok 25 kg merupakan salah satu produk perusahaan dengan permintaan tertinggi mencapai 1.069.758 balok selama tahun 2011. Namun, tingkat defect es balok 25 kg cukup tinggi, yaitu 1,97% dari total jumlah produksi. Perusahaan menggolongkan waste defect menjadi dua jenis, yaitu defect bocor dan defect kosong. Jenis defect kosong juga memicu tingginya lead time proses produksi. Dalam memecahkan masalah tersebut, dilakukan pengamatan terhadap proses produksi dengan menggunakan Lean Six Sigma untuk mengeliminasi waste kritis.
Tahap awal penelitian adalah tahap Define dengan melakukan pemetaan VSM current state proses produksi existing. Pada tahap ini diketahui persentase waste sebesar 49,44% dengan lead time 119.157,4 detik. Kemudian, dilakukan tahap Measure untuk mengetahui tingkat kinerja proses existing, yaitu 50,56% dengan rata-rata nilai sigma sebesar 4,0 sigma. Penyebaran kuesioner juga dilakukan untuk mengetahui bobot waste kritis. Selanjutnya, dilakukan tahap Analyze untuk mengidentifikasi faktor penyebab timbulnya waste kritis menggunakan Fishbone Diagram dan menganalisis proses existing dengan metode streamlining. Tahap terakhir adalah tahap Improve untuk mengatasi waste kritis dengan prioritas perbaikan sesuai dengan pendekatan FMEA.
Berdasarkan solusi perbaikan diperoleh pengurangan lead time menjadi 61.347,6 detik dengan persentase waste sebesar 2,04%. Dengan mengimplementasikan solusi perbaikan ini, perusahaan dapat meningkatkan kualitas proses produksi dan output es balok 25 kg. kualitas, es balok 25 kg, lean six sigma, waste, VSM, streamlining