PT Primajasa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa transportasi. Saat
ini PT Primajasa memiliki 103 armada untuk melayani lima jenis trayek. Dikarenakan bus
adalah kendaraan yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, maka PT
Primajasa perlu memastikan bus nya berada dalam kondisi yang baik. Namun hingga saat
ini bus milik PT Primajasa masih mengalami gangguan dalam perjalanan yang
diakibatkan oleh kerusakan. Perawatan yang tidak mempertimbangkan karakteristik
kerusakan dan usia komponen menjadi kemungkinan penyebab terjadinya kerusakan. Hal
ini selain mengganggu kinerja perusahaan juga menimbulkan biaya perawatan dan risiko
kerusakan yang cukup merugikan perusahaan. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi
dan perbaikan kegiatan preventive maintenance yang optimal dan penentuan maintenance
strategy yang sesuai.
Berdasarkan system breakdown structure, bus memiliki 6 sistem utama yang akan dibagi
lagi menjadi 17 sub-sistem. Untuk sistem Mesin, dibagi menjadi sub-sistem Bahan Bakar
dan Udara, Pelumas, Pendingin. Sistem Pemindah Daya dibagi menjadi Kopling,
Transmisi, Poros Penggerak, dan Sumbu Belakang. Sistem Chassis dibagi menjadi sub-sistem Suspensi, Kemudi, dan Rem. Sistem Kelistrikan dibagi menjadi sub-sistem Starter,
Accu, dan Pengisian. Sistem Body dibagi menjadi sub-sistem Karoseri body dan Interior.
Kenyamanan dibagi menjadi sub-sistem AC dan Kursi. Ketujuh belas sub-sistem itulah
yang selanjutnya dijadikan objek penelitian untuk ditentukan optimasi interval waktu
perawatannya menggunakan metode Risk-Based Maintenance (RBM). Sedangkan
penentuan maintenance strategy berada di level komponen dari setiap sub-sistem yang
ada dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Kegiatan
perawatan yang optimal merupakan perawatan yang efektif dan efisien. Efektif ditandai
dengan tingginya reliabilitas sistem, sedangkan efisien mengacu pada rendahnya biaya
perawatan dan risiko kerusakan yang kemungkinan muncul. Dengan memadukan
keduanya, diharapkan diperoleh kegiatan perawatan yang mampu meningkatkan
reliabilitas setiap sub-sistemnya dengan biaya dan risiko yang seminimal mungkin.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dengan metode AHP terdapat empat jenis keputusan
untuk maintenance strategy, yaitu Schedule Restoration, Schedule Discard, On-Condition. dan Run-to Failure, sedangkan untuk interval waktu perawatan optimal
dengan metode RBM adalah 180 jam untuk sub-sistem Bahan Bakar dan Udara, 360 jam
untuk sub-sistem Kopling, Pengisian, dan AC, 540 jam untuk sub-sistem Transmisi,
Poros Penggerak, Kemudi, Rem, Starter, Karoseri Body, 720 jam untuk sub-sistem
Pendingin, Suspensi, dan Accu, serta 1080 jam untuk sub-sistem Sumbu Belakang dan
Pelumas dengan lebih dari 80% reliabilitas sub-sistem bernilai antara 0,5 sampai 0,8.
Kegiatan dan interval waktu perawatan usulan ini memberikan total biaya dan risiko
sebesar Rp. 37.559.696,00 yang nilainya lebih rendah dibandingkan total biaya dan risiko
perawatan existing yang bernilai sebesar Rp. 137.446.837,00. reliabilitas, RBM, optimasi interval waktu, AHP, maintenance strategy