Peter Says Denim berdiri pada tahun 2008 dan merupakan suatu produsen penghasil busana. Peter Says Denim memiliki toko offline yang berada di Bandung, Bali, dan Canada. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, permasalahan yang ada di Peter Says Denim adalah sering terjadi over stock produk tee dikarenakan proses perhitungan pemesanan produk yang berpatokan pada pengalaman divisi produksi tanpa melakukan perencanaan kebutuhan produk yang mengakibatkan kerugian dengan membengkaknya biaya persediaan.
Pada penelitian ini, digunakan perhitungan Hadley-Within Model Q dan Model P untuk menentukan jumlah optimum produk tee setiap pemesanan, waktu untuk melakukan pemesanan kembali, dan mengetahui jumlah cadangan pengamanan produk tee, sehingga total biaya persediaan yang dikeluarkan perusahaan dapat diminimasi dan tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.
Kondisi aktual sistem persediaan di Peter Says Denim menghasilkan total biaya persediaan Rp. 255.965.922,-, sedangkan perhitungan Model Q sebesar Rp.94.895.768,- dan perhitungan Model P sebesar Rp. 116.461.430,-. Dengan menggunakan metode probabilistik model Q, Peter Says Denim harus melakukan pemesanan sebesar 14.392 pcs setiap kali pemesanan dan melakukan pemesanan kembali produk tee pada saat persediaan di gudang sebanyak 9.467 pcs produk tee. Pada Model P, pemesanan dilakukan pada periode yang tetap (T) selama 0,138 tahun atau setiap 51 hari. Jumlah inventori maksimum yang diharapkan setiap kali pemesanan sebesar 23.093 pcs produk tee. Pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui berapa besar dampak yang ditimbulkan dari perubahan-perubahan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap total biaya persediaan, reorder point, dan safety stock. Variabel-variabel yang digunakan adalah data penjualan produk tee, ongkos pesan produk tee, dan ongkos simpan produk tee.. Analisis sensitivitas dilakukan untuk kenaikan dan penurunan 5- 15%. Model Q, Model P, Hadley-Within, Permintaan Probabilistik, Persediaan.