PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) merupakan industri besar pesawat terbang di Indonesia. Dalam memproduksi setiap part dan komponen pesawat diperlukan mesin-mesin yang mendukung proses produksi. Namun, jika terdapat mesin yang mengalami kerusakan secara tiba-tiba, maka proses produksi akan terhambat dan berakibat pada kerugian yang diterima oleh perusahaan. Salah satunya terjadi pada lini produksi part Front Spar R8-R14. Sehingga, perlu dilakukan pengukuran efektivitas penggunaan mesin dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) atau Total Effective Equipment Performance (TEEP) agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar.
Berdasarkan perhitungan OEE, nilai OEE pada lini produksi part Front Spar R8-R14 pada tahun 2011 adalah 31,43%. Nilai ini sangat jauh dari kriteria yang ditetapkan oleh Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM), yaitu 85%. Dari hasil OEE dapat diukur pula total efektivitas performansi mesin dalam 1 tahun menggunakan Total Effective Equipment Performance (TEEP). TEEP pada tahun 2011 untuk CNC Large Mill Machine DGMP “C” sebesar 28,45%, mesin 16 Wheel Spencer & Halstead sebesar 33,27% dan CNC Large Mill Machine SGAL “I” memiliki persentase sebesar 35,46%. Melalui perhitungan Cost of Unreliability (COUR) dapat dilihat besarnya biaya kerugian usaha dan asal kerugian tersebut. COUR untuk lini produksi part ini adalah sebesar Rp 804.416.614,46 untuk tahun 2011.
Berdasarkan analisa dari hasil perhitungan OEE, TEEP dan COUR. Maka, peluang untuk meningkatkan efektivitas penggunaan mesin dapat dilakukan, seperti meningkatkan preventive maintenance program, meningkatkan skill dan menambah jumlah maintenance crew, serta menambahkan waktu kerja operasi pada mesin. Manajemen Perawatan, Overall Equipment Effectiveness, Total Effective Equipment Performance, Cost of Unreliability