PT. Sipatex adalah perusahaan yang bergerak dalam produksi tekstil. Perusahaan ini dapat memenuhi permintaan pasar karena didukung oleh spare part-spare part perusahaan, salah satunya adalah bagian finishing. Pada bagian finishing terdapat 5 buah mesin finishing yang berfungsi untuk menyeragamkan texture dan leng kain, mengatur lembut dan kasarnya kain, dan mengatur ketebalan kain. Dikarenakan mesin finishing ini merupakan kunci pokok dari proses produksi dan dituntut agar selalu berada dalam kondisi yang baik maka perlu dilakukan perhitungan optimasi umur mesin dan jumlah optimal repair channel menggunakan metode life cycle cost (LCC) untuk mengambil keputusan.
Berdasarkan data-data TTF, TTR pada tahun 2012 maka dapat dilakukan plotting distribusi dan penentuan distribusi yang mewakili. Selanjutnya mengolah data Acquisition Cost dan Sustaining Cost untuk mendapatkan life cycle cost terkecil. Annual sustaining cost terdiri dari biaya operasional, biaya perawatan, dan shortage cost. Acquisition cost terdiri dari purchasing cost dan population cost.
Berdasarkan perhitungan life cycle cost maka untuk total LCC yang paling kecil adalah Rp 20,334,311,001.36. Pada total LCC terkecil ini menghasilkan optimasi jumlah repair channel sebanyak 1 dan umur mesin 5 tahun untuk jumlah mesin sebanyak 5 unit. Dengan perhitungan umur, dapat dipastikan setelah 5 tahun mesin akan mengalami penurunan performansi.
Dalam perencanaan kebutuhan spare part perusahaan ini masih menggunakan data history, yaitu berdasarkan pembelian periode sebelumnya. Pada penelitian ini perencanaan suku cadang akan dilakukan berdasarkan pendekatan poisson process. Suku cadang dibedakan berdasarkan repairable dan non-repairable. Analisis kebutuhan suku cadang di fokuskan pada sub-sistem kritis. Kemudian dilakukan perhitungan perencanaan kebutuhan suku cadang selama 1 periode berdasarkan Assurance Level.
Manajemen Perawatan, Optimasi, Life Cycle Cost, Spare part, Poisson process, Assurance Level.