PT.
Pupuk Kujang merupakan produsen pupuk yang berlokasi di Kawasan
Industri Cikampek, Jawa Barat.
Dalam memproduksi pupuk tersebut PT. Pupuk
Kujang menggunakan suatu mesin yang bernama
Auxiliary
Boiler
untuk
menghasilkan
steam
yang berasal dari air
yang bermanfaat
untuk mengalirkan
panas ke suatu proses. Air adalah media yang berguna dan murah untuk
mengalirkan panas ke suatu proses. Jika air dididihkan sampai menjadi
steam
,
volumnya akan meningkat seki
tar 1.600 kali, menghasilkan tenaga yang
menyerupai bubuk mesiu yang mudah meledak, sehingga
Auxiliary
Boiler
sebagai
penghasil
steam
marupakan
peralatan yang harus dikelola dan dijaga dengan baik.
Jika
Auxiliary
Boiler
mengalami kegagalan akan
mengakibatkan pabrik
shut down
dan
tentu saja akan berpengaruh pada kelangsungan proses produksi dan
lingkungan
. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kegagalan
adalah dengan mengadakan kegiatan inspeksi yang lebih terarah
baik dari sisi
ef
ektifitas maupun penggunaan biaya
selain dari jadwal inspeksi perusahaan (
2
tahun sekali). Penentuan kegiatan inspeksi yang tepat akan dapat mendukung
kelancaran proses produksi.
Risk
Based Inspection
(RBI) merupakan metode pengelompokan resiko peralatan
yang nantinya hasil kategori resiko ini dapat digunakan sebagai acuan perusahaan
untuk melakukan tindakan preventif untuk mengontrol kategori resiko tersebut
agar tidak sampai naik tingkat.
Dari hasil analisis
kualitatif RBI didapatkan kategori resiko untu
k
Auxiliary
Boiler
adalah
medium risk
. Konsep
half remaining life
dilakukan untuk mengetahui
jadwal interval inspeksi yang tepat. Dengan konsep
half remaining life
di
peroleh
interval inspeksi dilakukan pada saat setengah dari
remaining life
nya. Dari
hasil
Interval inspeksi ini di
peroleh
bahwa
tube boiler
MK B Selatan
memiliki rata
rata
interval inspeksi yang paling pendek.
Dengan menggunakan jadwal inspeksi
usulan, didapatkan
penghematan
biaya sebesar
Rp
157,856,809
. Risk based inspection , RBI, remaining life, interval inspeksi