Para penderita tunarungu dan tunawicara menggunakan bahasa isyarat dalam
berkomunikasi. Di Indonesia penderita tunarungu dan tunawicara berkomunikasi
dengan mengacu pada Sistem Isyarat Bahasa Indonesia ( SIBI) . Tetapi muncul masalah
sosial yang dihadapi oleh penderita tunarungu dan tunawicara karena adanya
keterbatasan dalam berkomunikasi. Orang normal yang berkomunikasi dengan mereka
dan tidak terbiasa menggunakan bahasa isyarat akan sulit untuk menerjemahkan bahasa
isyarat yang mereka gunakan tersebut.
Pada tugas akhir ini, bahasa isyarat yang akan diterjemahkan ialah bahasa isyarat
perhuruf dan bahasa isyarat yang akan membentuk sebuah kata dari gabungan huruf –
huruf tersebut. Tahap awal pemrosesan, setelah video rekaman gerakan bahasa isyarat
diperoleh, video tersebut akan dipecah kedalam frame-frame, kemudian akan diambil
spesifik frame yang mewakili setiap huruf, frame-frame tersebut selanjutnya akan
diproses dengan konversi format RGB ke citra grayscale, dan binerisasi citra. Untuk
dapat mendeteksi pola isyarat tangan, maka sistem harus mengerti fitur apa yang
membedakan pola isyarat tangan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakuakan ekstraksi
ciri untuk mendapatkan ciri khas dari citra yang ingin dikenali, maka digunakan
ekstraksi fitur menggunakan Principal Component Analisys ( PCA ). Sedangkan untuk
pengklasifikasian digunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. Output yang
diharapkan dari sistem adalah hasil penerjemahan pola tangan kedalam bentuk teks.
Hasil akurasi yang diperoleh pada sistem ini ialah 89. 31% untuk pelatihan dan
18.63 % untuk pengujian. Pelatihan dan pengujian terbaik menggunakan arsitektur JST
BP yaitu : 3 hidden layer; learning rate = 0,1; momentum = 0.2 dan epoch = 5000
Tingkat akurasi yang masih sangat rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor dan
diharapkan kedepannya sistem ini dapat disempurnakan dan memperoleh tingkat
akurasi yang lebih baik. bahasa isyarat, Principal Component Analysis ( PCA ), Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation