ABSTRAK
Bisnis fashion semakin berkembang di Bandung, tidak hanya produk fashion baru saja yang berkembang dan diminati oleh konsumen, namun pakaian bekas impor pun nyatanya masih diminati, walaupun tetap ada saja yang kontra terhadap pakaian bekas impor ini karena didasari kualitas kebersihan dan kesehatannya. Konsumen tentu memiliki pertimbangan dalam pembelian pakaian bekas impor, maka itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi konsumen dalam pemilihan pakaian bekas impor (studi kasus pada Pasar Gedebage Bandung).
Penelitian ini berbentuk analisis deskriptif dengan menggunakan metode conjoint analysis. Berdasarkan delapan indikator yang sering digunakan untuk mengevaluasi kepuasan pelanggan, diketahui empat atribut produk pakaian bekas impor dari penguraian delapan indikator tersebut, yaitu harga pakaian, merek pakaian, desain pakaian, dan kondisi pakaian. Keempat atribut tersebut kemudian di uji dengan uji cochran Qtest, dan diketahui keempat atribut lolos uji dan dapat dipergunakan untuk tahap berikutnya. Selanjutnya merancang stimulus dari setiap atribut level dengan syntax orthoplan menggunakan aplikasi SPSS Statistics 17, dan didapat 16 stimuli. 400 responden diminta merangkingkan dari 1 hingga 16 dari mulai stimuli yang disukai. Hasil rangking diolah menggunakan spss dengan metode conjoint analysis didapatkan preferensi konsumen.
Responden secara keseluruhan memilih desain pakaian, yaitu model pakaian dan warna pakaian ketika ingin melakukan pembelian pakaian bekas impor di Pasar Gedebage Bandung, dengan nilai kepentingan sebesar (31.253) sebagai atribut yang paling diutamakan ketika mengevaluasi ketertarikan terhadap pembelian pakaian bekas. Yang memiliki tingkat kepentingan tinggi kedua adalah harga pakaian dengan nilai kepentingan sebesar (31.253). Nilai kepentingan untuk atribut kondisi pakaian baik kancing, kain, maupun warna menjadi pertimbangan ketiga ketika mengevaluasi ketertarikan terhadap pembelian pakaian bekas dengan nilai kepentingan sebesar (11.146). Sedangkan pada peringkat terakhir yang menjadi pertimbangan konsumen adalah atribut merek pakaian dengan nilai kepentingan sebesar (9.295).
Diketahui pula 3 stimuli dari 16 stimuli memiliki nilai utilitas terbesar. Stimulus yang paling disukai oleh responden adalah stimulus 7. Stimulus 7 merupakan stimulus dengan atribut level yang terdiri dari harga pakaian bekas yang murah dan dapat ditawar, kemudian model pakaian dan warna pakaian yang disukai, tidak terdapat cacat pada kancing, kain, maupun warna, dan tidak mempedulikan apabila baju tidak bermerek. Kemudian stimulus kedua yang dapat menjadi pertimbangan yaitu stimulus 16, stimulus 16 merupakan stimulus dengan atribut level yang terdiri dari harga pakaian bekas yang murah namun tidak dapat ditawar, kemudian merek pakaian terkenal, model pakaian dan warna pakaian disukai, serta tidak peduli jika terdapat cacat pada kancing, kain, maupun warna. Stimulus ketiga yang dapat menjadi pertimbangan yaitu stimulus 11, stimulus 11 merupakan stimulus dengan atribut level yang terdiri dari merek pakaian bekas terkenal, model pakaian dan warna pakaian disukai, dan tidak peduli jika harga pakaian mahal dan tidak dapat ditawar, serta tidak peduli pula apabila terdapat cacat pada kancing, kain, maupun warna. Berdasarkan tingkat kepentingan faktor relatif atribut dan tiga stimuli yang memiliki nilai utilitas tertinggi, direkomendasikan kepada pelaku bisnis pakaian bekas impor untuk menggunakan informasi untuk meningkatkan kualitas bisnis dengan tujuan peningkatan omzet penjualan.
Kata Kunci: Pemasaran, Perilaku Konsumen, Keputusan Pembelian, Preferensi Konsumen, Analisis Konjoin