Jumlah penyandang autis mengalami peningkatan di kota-kota besar Indonesia, terutama Bandung yang diketahui memiliki paling banyak jumlah peyandang autis. Karena fenomena tersebut, dewasa ini banyak masyarakat yang peduli terhadap penyandang autis dan bersedia membangun sekolah,klinik atau pusat terapi untuk penyandang autis. Namun setelah dilakukan survey dan observasi, beberapa pusat terapi pemyandang autis di Bandung masih memiliki permasalahan umum seperti kurangnya fasilitas dan kebutuhan ruang yang diperlukan penyandang autis untuk proses perkembangannya. Elemen interior sangat berpengaruh terhadap anak autis maka dari itu masih ada beberapa penerapan elemen interior seperti warna, material, penataan, sistem pencahayaan, penghawaan, bentuk, pola, tekstur, organisasi ruang, sirkulasi yang tidak sesuai dengan penyandang autis. Pola Berfikir penyandang autis berbeda dengan anak normal, sehingga metode pembelajaran, cara belajar dan ruangan yang mereka gunakan harus sesuai dengan karakteristik dan psikis penyandang autis. Ruang yang dimaksud adalah elemen interior pada bangunan yang mereka gunakan untuk melakukan terapi. Elemen interior termasuk warna, pola, tekstur, material, bentuk, sirkulasi, organisasi ruang, sistem pencahayaan, penghawaan. Penyesuaian elemen interior diperlukan untuk membantu proses terapi dan belajar penyandang autis. Maka dari itu, alasan perancangan ini adalah memberikan solusi desain yang tepat dan sesuai dengan karakteristik dan penyandang autis. Perancangan didasarkan pada teori-teori yang didapat dari beberapa ahli, tentang elemen interior yang seperti apa yang sesuai dengan penyandang autis. Dengan dilakukannya perancangan ini diharapkan dapat memberikan solusi dan inovasi baru untuk mengoptimalkan proses terapi dan belajar penyandang autis.
Kata Kunci: penyandang autis, psikologi, karakteristik, elemen interior.