Di Amerika Serikat tahun 2008 terjadi krisis dan berdampak kebangkrutan di dunia keuangan. Penyebab utama tersebut adalah subprime mortgages, dimana kredit macet risiko tinggi dan mengakibatkan krisis ekonomi secara global yang melanda seluruh dunia. Menurut Rizal (2016), risiko tidak hanya mempengaruhi saham, tetapi juga obligasi. Sejak krisis global terjadi, menyebabkan risiko kebangkrutan pada obligasi korporasi yang terhubung dengan risiko pasar dan kredit. Risiko pasar dapat dilihat dari tingkat pengembalian bunga dan tingkat inflasi, sedangkan risiko kredit ialah risiko tentang kredit (credit spread rate).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tingkat pengembalian IHSG dan inflasi terhadap credit spreads rate obligasi di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, meliputi nilai yield to maturity (YTM), inflasi dan nilai indeks harga saham gabungan (IHSG). Data mengenai YTM diperolah dari IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency). Data Inflasi diperoleh dari Bank Indonesia. Data IHSG diperoleh dari Yahoo Finance. Objek penelitian yaitu Obligasi Indosat dan Pemerintah (kode seri FR) dalam periode penelitian 2011-2015.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan tujuan deskriptif. Pengolahan data menggunakan analisis regresi linear berganda yang terdapat pada software Microsoft Excel dan SPSS 20 for Windows.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terdapat 14 variabel credit spreads rate. Sehingga, hasilnya menunjukkan bahwa return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Inflasi sama-sama berpengaruh signifikan terhadap Credit Spreads Rate. Namun, return IHSG tidak terlalu berpengaruh terhadap Credit Spreads Rate dikarenakan data yang digunakan data dalam satu tahun.
Kata Kunci: Inflasi, Return IHSG, Yield to Maturity, Credit Spreads Rate