Pengembangan perangkat lunak dapat menghasilkan ratusan hingga ribuan requirements. Dalam kenyataannya, project pengembangan perangkat lunak hanya dapat merealisasikan requirements tersebut dengan batasan resources dari project. Sehingga tim developer dan customer harus menentukan requirements mana saja yang akan direalisasikan sehingga dapat memuaskan customer. Apabila stakeholders yang dilibatkan dalam penentuan requirements mana yang akan direalisasikan berjumlah lebih dari satu orang, hal ini dapat menyebabkan penentuan requirements menjadi sulit karena setiap stakeholders memiliki pendapat yang berbeda terhadap tiap requirements. Requirements prioritization adalah teknik yang dapat membantu stakeholders berbeda dalam melakukan prioritisasi requirements dalam proses requirements engineering.
Pada Penelitian tugas akhir ini dilakukan perbandingan tiga metode prioritisasi yaitu AHP, BST dan Bubble Sort untuk menemukan metode mana yang paling unggul. Penilaian dilakukan menjadi dua yaitu penilaian subjektif dan penilaian objektif. Penilaian objektif dilakukan untuk menemukan berapa jumlah keputusan yang diperlukan tiap metode, total waktu yang diperlukan dan total waktu yang diperlukan/keputusan. Penilaian subjektif dilakukan untuk menemukan kemudahan penggunaan metode prioritisasi, hasil yang dihasilkan apakah reliable dan tingkat fault tolerance metode prioritisasi. Penilian dilakukan oleh professional yang memiliki pengalaman dalam pengembangan perangkat lunak yaitu developer dan system analyst. Hasil dari penilain menunjukkan bahwa AHP adalah metode yang paling menghasilkan hasil yang paling reliable, BST adalah metode yang paling cepat digunakan dan metode yang paling mudah digunakan dan Bubble Sort adalah metode yang memerlukan jumlah keputusan paling banyak dan memiliki nilai fault tolerance paling tinggi.
Kata Kunci : requirements engineering,requirements prioritization, AHP, BST, bubble sort