Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil analisis peneliti terhadap foto juara pertama kontes foto Majalah National Geographic Indonesia yang berjudul “Adu Kecepatan Egrang”. Foto tersebut menceritakan permainan tradisional yang mulai tergantikan popularitasnya akibat modernisasi. Penelitian ini berupaya untuk mendokumentasikan keberadaan egrang sebagai salah satu cara untuk melestarikannya agar tetap bisa dikenal generasi selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis Semiotika Roland Barthes.Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan sebagai data primer, wawancara sebagai data sekunder, dan pendokumentasian foto-foto pada Majalah National Geographic Indonesia.
Hasil penelitian ini terbagi dalam tiga analisis tanda yaitu denotasi, konotasi, dan mitos. Tanda-tanda yang dianalisis dalam denotasi terbagi lagi menjadi sebelas poin yaitu tampilan foto, warna, komposisi / tata letak / layout, model foto, garis, bidang, gelap – terang, tekstur, ukuran, bambu, serta kontes foto itu sendiri. Tanda-tanda yang dianalisis dalam konotasi terbagi menjadi 16 poin yaitu tampilan foto, warna, komposisi / tata letak / layout, model foto, garis, gelap – terang, tekstur, ukuran, trick effect, pose, object, photogenia, aestheticsm, syntax, bambu, dan kontes foto itu sendiri. Sedangkan tanda-tanda yang dianalisis dalam mitos adalah filosofi egrang, bahan baku egrang, egrang di negara lain, egrang dewasa ini, persepsi pembaca pada foto, lokasi foto, permainan rakyat Indonesia, serta permainan tradisional anak Indonesia antara komersialisme dan modernisasi.
Pada akhirnya foto “Adu Kecepatan Egrang” ini menyimpan makna yang berhasil dianalisis peneliti sebagai hasil dokumentasi yang membantu mengingatkan bahwa permainan tradisional Indonesia termasuk egrang mulai tergeser oleh permainan-permainan modern berbasis digital.
Kata kunci : Semiotika, Semiotika Roland Barthes, Permainan Tradisional.