Meningkatnya presentase kekerasan seksual pada anak di Indonesia dan pengaruhnya terhadap konsep diri yang merupakan inti utama dari perkembangan pola kepribadian anak, menjadi latar belakang diadakannya penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep diri dari anak korban tindak kekerasan seksual khususnya tindakan sodomi serta untuk mengetahui sistem komunikasi dan sosialisasi yang dibentuk anak korban kekerasan sodomi dalam lingkup keluarga maupun lingkup lingkungan sekitarnya.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi berdasarkan paradigma interpretif. Penelusuran yang berkaitan dengan teori interaksi simbolik dan presentasi diri juga menjadi perhatian tertentu dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang anak berusia 9 tahun yang mengalami tindak kekerasan sodomi oleh paman nya sendiri.
Penelitian ini menemukan bahwa konsep diri anak usia sekolah dasar yang pernah mengalami tindak kekerasan sodomi memiliki konsep diri yang cenderung berkembang ke arah negatif. Anak menjadi lebih peka terhadap ejekan, mudah marah jika tersinggung dan jadi pemurung, sangat responsif terhadap pujian, hiperkritis, serta merasa dikucilkan. Namun keadaan pengalaman kekerasan yang dialami tidak semata-mata hanya menumbuhkan konsep diri yang negatif, akan tetapi anak juga dapat menumbuhkan konsep diri yang positif, yakni anak menjadi lebih mengenal dan menghargai potensi diri serta bebas untuk mengembangkannya, juga optimis terhadap kompetisi. Adapun interaksi dan sosialisasi yang dibentuk anak cenderung lebih ke arah tertutup akibat ketraumaan anak terhadap pengalaman yang dilaluinya.
Kata kunci: Konsep Diri Anak, Kekerasan Seksual, Sodomi, Interaksi Simbolik, Presentasi Diri.