Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi, penggunaan dan permintaan akan akses data yang cepat menjadi prioritas penyedia layanan komunikasi. Untuk memenuhi spesifikasi tersebut diperlukan sistem yang memiliki nilai efisiensi tinggi dengan penggunaan spektrum yang sama. Tidak hanya itu, pada teknologi komunikasi saat ini juga menggunakan spektrum frekuensi yang tinggi. Semakin tinggi frekuensi cell maka akan semakin kecil pula panjang gelombangnya, sehingga gelombang radio akan rentan terhadap multipath propagation. Oleh karena itu diperlukannya cell yang memiliki transmitter yang lebih dekat dengan user, salah satunya adalah femto cell.
Walaupun femto cell dapat memberikan kualitas sinyal yang lebih baik pada komunikasi yang dilakukan di dalam ruangan, tetapi seperti pada jaringan komunikasi lainnya femto cell tidak lepas dari permasalahan utamnya yaitu interferensi. Banyak metode yang telah diusulkan untuk mengatasi interferensi diantaranya SFR (Soft Frequency Reuse) dan ASFR (Adaptive Soft Frequency Reuse). Perbedaan diantara kedua metode tersebut adalah pada metode SFR alokasi set subcarrier dan daya subcarrier bersifat tetap (fixed) dari awal perencanaan sistem, sedangkan pada metode ASFR set subcarrier dan daya subcarrier dialokasikan secara dinamis menyesuaikan pada beban trafik cell.
Pada simulasi ini digunakan dua skenario uji pada femto cell berupa pemilihan subcarrier dan daya yang akan digunakannya. Dari hasil simulasi diperoleh nilai throughput, efisiensi energi, dan efisiensi spektrum tertinggi diperoleh pada penggunaan skenario 2 baik menggunakan algoritma ASFR dan SFR. Pada penggunaan algoritma ASFR skenario 2 mengalami peningkatan throughput femto user pada masing-masing macro cell sebesar 2,50%, 1,9×?10?^(-6)%, dan 10,29% terhadap skenario 2 SFR.
Kata kunci : Manajemen interferensi, Adaptive Soft Frequency Reuse, macro-femto cell.