Kabupaten Bandung yang mengalami kelebihan kapasitas timbunan sampah di tempat pembuangan akhir, memilih solusi pengelolaan sampah dengan cara memisahkan jenis sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik yang sulit diurai membuat pemerintah Kabupaten Bandung melakukan penanganan sampah dengan mendirikan bank sampah di masyarakat dan difokuskan pada masyarakat usia sekolah. Pada kenyataannya sebagian sekolah yang sudah menerapkan bank sampah masih kurang aktif dalam kegiatan pelaksanaannya, sehingga proyek bank sampah di sekolah Kabupaten Bandung belum dapat berjalan dengan baik.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi permasalahan penerapan bank sampah yang kurang aktif di sekolah Kabupaten Bandung dari sudut pandang siswa dan pengurus. Variabel dari penelitian ini menggunakan the triple drivers of ecopreneurship dari nilai manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan pada bank sampah sekolah.
Penelitian ini menggunakan metode campuran. Metode pertama menggunakan survei data kuantitatif pada siswa dengan pengolahan data menggunakan statistik deskriptif. Metode kedua yaitu menggunakan data kualitatif wawancara pada pengurus dengan pengolahan data menggunakan model Miles dan Huberman.
Hasil data penelitian menunjukan bahwa pengelolaan sampah anorganik di lingkungan sekolah dengan menerapkan bank sampah dapat diterima dengan baik oleh pihak sekolah, walaupun masih terdapat kendala dari segi tempat pengumpulan sampah, sosialisasi terhadap siswa dan perbedaan antara pengurus dan siswa mengenai fokus atau pilihan terpenting untuk penerapan bank sampah di sekolah.
Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai informasi pengelolaan sampah anorganik pada bank sampah yang kurang aktif di lingkungan sekolah. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut yaitu dapat dilakukan pada sekolah yang rutin atau aktif dalam kegiatan pelaksanaan bank sampah, agar supaya dapat menggambarkan informasi secara keseluruhan mengenai penerapan bank sampah yang ada di sekolah.