PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan perusahaan yang memproduksi teh hitam orthodox di Indonesia. Dikarenakan permintaan akan ekspor teh orthodox yang tinggi, membuat tingginya demand untuk produk teh ini. Dengan tingginya demand akan teh menuntut mesin untuk selalu beroperasi dengan baik. Mesin DIBN (Double Indian Ballbreaker Net Sorter) sering mengalami kerusakan dan memiliki downtime yang tinggi di Departemen Produksi Ruang Layuan & Giling. Hal ini menyebabkan rendahnya tingkat availabilitas mesin pada Departemen Produksi.
Diperlukan metode Life Cycle Cost untuk mengetahui jumlah maintenance crew dan retirement age yang optimal dari sebuah mesin. Metode lain yang dapat digunakan adalah Overall Equipment Effectiveness. Overall Equipment Effectiveness digunakan untuk mengukur kinerja dan tingkat efektifitas mesin. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap faktor six big losses untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan nilai Overall Equipment Effectiveness rendah.
Berdasarkan metode Life Cycle Cost diperoleh nilai Life Cycle Cost terendah sebesar Rp.66,632,538.17 dengan umur optimal mesin 3 tahun dan jumlah maintenance crew sebanyak 3 orang. Berdasarkan metode Overall Equipment Effectiveness, diperoleh nilai Overall Equipment Effectiveness mesin DIBN sebesar 34.49%. Hasil tersebut masih jauh dari standar yang telah ditetapkan oleh Japanese Institute of Plant Maintenance sebesar 85%. Dari six big losses diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap penurunan efektifitas mesin DIBN adalah faktor idling and minor stoppages (22.87%) dan rework losses (10.52%).
Kata Kunci : Life Cycle Cost, Retirement Age, Maintenance Set Crew, Overall Equipment Effectiveness, Six Big Losses