PT XYZ merupakan produsen yang memproduksi jamu dalam kemasan dan sebagai distributor untuk beberapa ritel modern. Sejauh ini PT XYZ memiliki permasalahan berupa tidak adanya kebijakan dari vendor maupun ritel mengenai jumlah persediaan untuk beberapa waktu sehingga menimbulkan adanya persediaan yang berlebih. Dengan demikian perusahaan sebagai pihak vendor akan mengalami kerugian apabila permasalahan ini tidak segera diatasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut kebijakan persediaan perlu dibuat untuk dapat menyeimbangkan persediaan dan meminimasi kerugian yang bisa dialami perusahaan. Pada penelitian ini ditentukan kebijakan persediaan pada kasus single vendor multi retailer menggunakan pendekatan Vendor Managed Inventory dengan Consignment Stock untuk permintaan setiap ritel berbeda. Variabel keputusan yang ditentukan pada penelitian ini adalah replenishment cycle, kuantitas pengiriman, total biaya vendor, total biaya ritel, hingga total biaya sistem vendor dan ritel secara menyeluruh, hingga akhirnya ditentukan tingkat persediaan sebelum dan sesudah pengiriman di masing- masing ritel.
Hasil perhitungan aktual menunjukkan bahwa total biaya vendor dan ritel lebih tinggi dengan perhitungan usulan. Pada model dihasilkan waktu pengisian ulang yang konstan untuk tiap ritel serta kuantitas pengiriman dan tingkat persediaan sebelum dan sesudah pengiriman. Serta dilakukan analisis sensitivitas bahwa total biaya hanya mengalami sedikit perubahan karena perubahan paramter dipengaruhi dengan kuantitas produksinya.
Berdasarkan hasil perhitungan usulan kebijakan optimum menggunakan pendekatan VMI-CS dengan tiga model yaitu No Partnership, VMI-CS, dan Centralised menghasilkan kebijakan optimum pada model VMI-CS dengan menghemat biaya sistem vendor dan ritel sebesar 35.25%
Kata kunci: Kebijakan Persediaan, Overstock, Vendor Managed Inventory, Consignment