Perusahaan yang terdaftar dalam indeks saham LQ45 dianggap sebagai perusahaan unggulan oleh investor karena telah terseleksi memiliki likuiditas yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain di Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan yang termasuk dalam indeks saham LQ45 diharapkan telah efisien. Pusahaan yang efisien mampu mengolah faktor-faktor produksi (input) yang tersedia secara optimal untuk dapat memperoleh hasil (output) yang maksimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat efisiensi terhadap stock return. Selain itu, penelitian ini tujuan lain yaitu untuk mengetahui perusahaan mana saja yang telah efisien. Jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 27 perusahaan.
Tingkat efisiensi dikalkulasi dengan menerapkan model Data Envelopment Analysis (DEA. DEA adalah suatu alat bantu untuk mengevaluasi kinerja suatu aktivitas dalam suatu organisasi decision making unit (DMU), yang merupakan rasio antara input dan output yang terbobot. Variabel yang digunakan berupa beban bunga dan beban operasional sebagai input, serta total pendapatan sebagai output. Hasil perhitungan DEA berupa nilai efisiensi, dinyatakan dengan technical efficiency (TE), pure technical efficiency (PTE), dan scale efficiency (SE), yang berfungsi sebagai variabel independen. Kemudian, nilai efisiensi diestimasi menggunakan regresi data panel untuk diuji pengaruhnya terhadap stock return.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan tingkat efisiensi terhadap stock return. Selain itu, hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa pada perhitungan TE dan SE, perusahaan yang efisien adalah AKRA2013 dan LSIP2016. Sedangkan, pada perhitungan PTE, perusahaan yang efisien adalah ADRO2014, AKRA2013, ASII2013, ASII2014, ASRI2013, INTP2014, INTP2016, LSIP2015, LSIP2016, UNTR2013, UNTR2014, dan UNVR2013.
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat saran-saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya dan perusahaan. Sejak tidak adanya pengaruh tingkat efisiensi terhadap stock return, maka peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini, misalnya faktor makro ekonomi, seperti laju inflasi, nilai tukar rupiah, dan kebijakan ekonomi, serta faktor mikro seperti tingkat permintaan, inventory perusahaan, dan gaji karyawan. Bagi perusahaan yang belum efisien, dapat menjadikan nilai benchmark terhadap perusahaan yang efisien sebagai salah satu pertimbangan untuk menentukan strategi yang tepat dalam pengelolaan perusahaan supaya berfokus pada minimalisasi input dan optimalisasi output guna mencapai tingkat efisiensi yang ditargetkan.