Peluang investasi bisnis sub sektor kesehatan di Indonesia masih terbuka lebar, terutama bisnis rumah sakit, pasalnya kapasitas seluruh rumah sakit di Indonesia hanya mampu melayani 3,25% dari total potensi pasien per tahunnya, masih ada 96,75% potensi pendapatan, setara dengan 9.501.350 orang pelanggan (pasien). Investasi bisnis rumah sakit Tbk di Indonesia tidak banyak pilihannya, hanya ada 4 emiten, MIKA, SAME, SILO, SRAJ. Keempatnya akan divaluasi menggunakan DCF dan Relative Valuation, untuk mengetahui nilai wajarnya. Nilai wajar ini menjadi esensial tatkala investor ingin mengeksekusi keputusan-keputusan investasi, yang pasti mereka tidak mau membeli saham jika harganya terlalu melambung tinggi, mengkawatirkan juga jika membeli saham yang harganya anjlok. Terlalu murah (undervalued) atau terlalu mahal (overvalued) harga suatu saham tentunya harus ada harga pembanding yang disebut harga wajar (fair value), dan penelitian ini bertujuan mencari harga wajar yang dimaksud.
Data laporan keuangan dikumpulkan dari keempat emiten selama 5 tahun periode 2013-2017 sebagai bahan pembangun asumsi, dihitung rasio pendapatan dan biaya-biayanya diutamakan pakai rata-rata geometris, jika tidak memungkinkan maka pakai aritmatik. Hasilnya untuk membuat proyeksi 5 tahun mendatang periode 2018-2022. Tujuan proyeksi adalah untuk menggali potensi arus kas bebas yang bisa dihasilkan perusahaan, itulah landasan valuasi metode DCF. Sayangnya tiga dari empat emiten selalu mengalami kerugian, jangankan punya sisa arus kas bebas, untuk membiayai operasional di tahun-tahun yang berjalan pun mereka mengandalkan hutang. Jika sudah begini maka metode DCF tidak lagi relevan karena nilai ekuitasnya menjadi negatif, imbasnya PER-nya juga negatif. Hal ini menyulitkan analisa, karena harga saham sekecil apapun jika PER dan FCFF-nya negatif maka penilaiannya adalah overvalued. Hanya MIKA yang performa keuangannya bisa diolah sesuai kaidah teori valuasi. Pada sekenario optimis, moderate, pesimis yang telah dirancangkan, MIKA tidak memiliki perbedaan hasil analisa yang signifikan, semua sekenario berujung pada overvalued dari kacamata DCF dan undervalued saat menggunakan Relative Valuation.
Kata kunci : valuasi, sub sektor kesehatan, rumah sakit, DCF, Relative Valuation, FCFF, PER.