Globalisasi menyebabkan semakin banyak pihak atau perusahaan yang melakukan hubungan dagang tidak hanya dalam ruang lingkup dalam negeri saja tetapi juga berinteraksi dengan pihak-pihak dari luar negeri. Perdagangan internasional menimbulkan berbagai macam risiko, dan risiko terbesar yang akan dihadapi oleh perusahaan adalah risiko fluktuasi kurs mata uang. Fluktuatif mata valuta asing berdampak langsung pada omset penjualan, penetapan harga produk, serta tingkat laba yang diperoleh oleh importir dan eksportir. Risiko ini menimbulkan ketidakpastian mengenai seberapa besar laba yang akan diperoleh di masa depan. Untuk meminimalisir efek kerugian dari kurs mata uang yang fluktuatif tersebut, perusahaan dapat menerapkan kebijakan hedging dengan menggunakan instrumen derivatif yaitu kontrak opsi, kontrak berjangka (futures), kontrak forward, dan kontrak swap.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji underinvestment hypothesis yang memprediksi adanya hubungan positif antara growth opportunities dengan hedging. Populasi yang digunakan penelitian ini adalah seluruh perusahaan BUMN non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017. Dari kriteria terebut diperoleh 16 sampel perusahaan dan 80 data. Hasil penelitian pengujian menunjukkan bahwa variabel market to book value equity (MBVE) memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan sedangkan variabel capital expenditure to book value assets (CAPBVA) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan.
Kata kunci: Underinvestment problem, hedging, market to book value equity, capital expenditure to book value assets