Sistem kekerabatan matrilineal di mana garis keturunan mengikuti pihak ibu membuat perempuan di Minangkabau memiliki peran penting di tengah masyarakat. Matriarki pada masyarakat Minangkabau ini ditunjukkan pada syair Rebab Pesisir Selatan Malin Kundang. Cerita Malin Kundang yang disampaikan dalam bentuk syair ini tidak hanya menceritakan kedurhakaan Malin, tetapi juga menyelipkan budaya matriarki yang terdapat di daerah Sumatera Barat. Karena syair merupakan puisi kisahan, kata-kata dan kalimat yang digunakan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk wacana matriarki yang menarik dalam sebuah karya sastra daerah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui diskursus matriarki dalam syair Rebab Pesisir Selatan Malin Kundang berdasarkan analisis semiotika Michael Riffaterre. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan paradigma konstruktivis. Penelitian ini menggunakan analisis semiotika Michael Riffaterre dengan pembacaan heuristik; pembacaan hermeneutik; matriks, model, dan, varian; dan hipogram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyair menggunakan kata-kata tertentu dalam bahasa daerah Minang yang bersifat puitis untuk mengangkat wacana matriarki dalam syair. Kata-kata yang dipilih selain untuk mengekspresikan wacana matriarki yang kemudian disisipkan ke dalam suatu tanda, juga menjaga agar poin penting syair yang bersajak a-a-a-a tetap ada.
Kata kunci: Semiotika, Michael Riffaterre, Matriarki, Syair.