UMKM pengrajin tempe merupakan salah satu penyumbang PDB terbesar di Indonesia. Proses produksi yang dilakukan oleh pengrajin tempe tradisional pada umumnya adalah proses basah yang membutuhkan jumlah air sebanyak 1321 liter. Inovasi proses produksi kering masih kurang diminati karena mesin pemecah kedelai kering eksisting yang kurang optimal. Salah satu UKM yang menerapkan proses kering adalah Rumah Tempe Zanada. Dengan menggunakan mesin eksisting, terdapat defect sebesar 14,5% untuk sekali produksi. Dengan menggunakan metode perancangan produk rasional dan metode TOPSIS untuk pemilihan konsep, maka telah didapatkan konsep terpilih yang lebih optimal dan mampu memenuhi kebutuhan perancangan sesuai dengan parameter optimum dan atribut kinerja.