Kintsugi adalah salah satu kesenian asal Jepang yang dipengaruhi oleh ajaran Zen Buddhisme. Kintsugi berasal dari dua suku kata bahasa Jepang yang memiliki arti golden joinery, dan dikenal pula sebagai Kintsukuroi (golden repair) adalah metode untuk memperbaiki keramik atau benda pecah belah dengan pernis khusus yang dicampur dengan pewarna emas guna menonjolkan garis retakan atau kerusakan pada keramik. Konsep dan karakteristik yang terdapat pada Kintsugi, memiliki keselarasan dengan karakteristik dan nilai-nilai pada Kain Tenun Gedog khas Tuban. Salah satunya terdapat pada wujud kain Tenun Gedog yang berasal dari bahan alami dan sederhana serta memiliki tekstur yang tidak sempurna. Selain itu, kemiripan lainnya yang juga bersinggungan dengan ajaran konsep Kintsugi ada pada saat proses pembuatan kain Tenun Gedog yang dimana setiap prosesnya memiliki makna dan keindahan tersendiri bagi masyarakat Tuban.
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menghasilkan bentuk visual dari Kintsugi yang menyerupai bentuk retakan, adanya sentuhan warna emas, kealamian, kesan kesederhanaan dan ketidaksempurnaan pada permukaan kain Tenun Gedog Tuban. Metode penelitian in bersifat kualitatif dimana peneliti melakukan kajian literatur, observasi, wawancara dan eksplorasi. Proses eksplorasi yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap yaitu proses eksplorasi pada bagian surface dan tekstur dengan menggunakan cairan pewarna yang sebelumnya sudah ditentukan formulanya dan teknik cabut serat pada bagian ujung kain Tenun Gedog Tuban. Hasil dari penelitian ini diwujudkan pada koleksi busana ready-to-wear untuk wanita dewasa dengan mengangkat tema yang berkaitan dengan Kintsugi yaitu suatu proses dalam kehidupan. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi dunia Kriya Tekstil dan Mode dan juga desainer dalam berkarya dengan mengangkat budaya lokal.
Kata kunci: Kintsugi, Kain Tenun Gedog Tuban, ready-to-wear