Negara Timor Leste memiliki dua proses pernikahan yaitu pernikahan adat dan pernikahan agama. Pernikahan adat harus dilaksanakan terlebih dahulu dengan tujuan mendapatkan persetujuan dari kedua pihak keluarga. Dalam pernikahan adat masyarakat Timor Leste melestarikan barlake (permintaan mahar) dimana barlake tersebut hanya untuk perempuan dari keluarga “kaben-sai” (marriage-out) yang artinya perempuan tersebut harus meningalkan keluarganya dan bergabung dengan keluarga laki-laki. Perempuan yang bergabung dengan keluarga laki-laki harus diganti dengan sejumlah mahar tergantung negosiasi dari kedua keluarga pada saat pernikahan adat. Fenomena dalam penilitan permintaan barlake ini adalah jumlah permintaan yang melebihi kemampuan ekonomi laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk memahami konsep bagaimana budaya permintaan barlake melalui sudut pandang kamera obyektif dan Memahami penataan kamera film fiksi marriage-out. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sekuensional explanatory dan teori emosi sebagai pendekatan. Dari data objek yang dikumpulkan oleh penulis dalam analisis, penulis menemukan bahwa barlake merupakan identitas masyarakat Timor Leste yang tidak boleh dilupakan dalam kondisi manapun dan situasi apapun, namun harus ada pemahaman dari keluarga perempuan, kesiapan mental, ekonomi dan tangung jawab dari laki-laki. Gagasan dalam film pendek ini penulis bertujuan mengvisualisasikan cerita marriage-out yang dapat menginspirasi masyarakat untuk memahami satu sama lain. Oleh hal tersbut penulis ingin menyajikan film ini melalui pandangan obyektif dimana masyarakat sebagai penonton melihat, memahami dan mengamati pengalaman subyektif yang dialami oleh laki-laki Timor leste dalam cerita marriage-out.
Kata Kunci : Barlake, Film Fiksi, Director of Photography