Dalam pembangunan Requirement Engineering dibutuhkan pendefinisian requirement list dalam model semi-formal secara jelas, sehingga mampu mengurangi kesalahan interpretasi dari pihak yang terlibat. Dibutuhkan suatu kesamaan perspektif yang mampu mengurangi ambiguitas terhadap persepsi antar stakeholder. Untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan suatu bentuk pemodelan proses bisnis kedalam model semi-formal, sehingga ambiguitas dalam requirement list yang telah ditransformasi kedalam model semi-formal dapat dihilangkan. Salah satu model semi-formal yang digunakan adalah BPMN (Business Process Modelling Notation) dikarenakan BPMN memiliki notasi yang spesifik dalam mengatasi permasalahan dalam pemodelan. Masalah muncul pada saat melakukan transformasi requirement list kedalam pemodelan semi-formal. Kurangnya knowledge mempengaruhi proses transformasi sehingga informasi yang ada tidak diinterpretasikan sesuai dengan yang seharusnya. Dibutuhkan suatu representasi knowledge yang mampu menyimpan informasi yang terus berkembang. Hal ini dapat diwujudkan dengan memodelkan informasi semantik dari requirement list yang ada menggunakan ontologi. Dengan hal ini, ambiguitas yang ada dalam penggunaan natural language pada requirement list dalam model semi-formal dapat dihilangkan. Selain itu, dengan adanya knowledge yang lebih spesifik dan terus berkembang, akan meningkatkan analisis, pencarian dan validasi terhadap model proses bisnis.
Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah ontologi yang dibangun memiliki nilai matrik yang menyatakan bahwa ontologi yang dibangun memiliki domain yang spesifik, mampu menyimpan informasi yang cukup banyak, dan mampu merepresentasikan knowledge yang ada. Maka dari itu, ontologi yang dibangun dapat dijadikan informasi semantik dalam domain sistem informasi akademik.
Kata kunci: Requirement Engineering, ontologi, BPMN, requirement list, informasi semantik