Perkembangan perindustrian di Indonesia semakin meningkat, dengan meningkatnya perindustrian maka akan berdampak pada meningkatnya kerusakan lingkungan. Dampak akan rusaknya lingkungan saat ini semakin dirasakan, sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan yaitu UU.No.3 Tahun 2014, selain peraturan saat ini masyarakat semakin peduli menjaga lingkungan sehingga terjadi perubahan permintaan dari masyarakat. Adanya peraturan dan masyarakat peduli akan pentingnya menjaga lingkungan maka perlu dibuatnya sistem manajemen rantai pasok berkelanjutan (sustainable supply chain management). Sustainable supply chain management (SSC) yaitu mengintegrasikan antara aspek finansial, lingkungan, dan sosial dalam proses bisnis perusahaan. Menerapakan SSC pada penerapan sustainable diperlukan key performance Indicator (KPI) berbasis sustainable yang berguna untuk mengukur kinerja perusahaan dalam menerapkan sustainable. KPI sustainable diperoleh menggunakan model SCOR (Supply Chain Operation Reference, KPI terpilih dilakukan verivikasi dan pembobotan menggunakan AHP sehingga didapatkan bobot setiap KPI yang berguna untuk menilai performansi dari perusahaan. Saat ini perusahaan belum memiliki sistem yang mengintegrasikan antara data, perhitungan performansi, dan visualisasi data dalam mendukung penerapan sustainable dalam perusahaan khususnya pada bagian procurement, sistem informasi yang membantu dalam hal tesebut adalah sistem monitoring. Hasil sistem monitoring didapatkan dari 8 KPI terpilih terdapat 4 KPI mempunya performansi dengan category marginal atau dibawah rata-rata, KPI tersebut adalah % Supplier meeting environmental criteria dengan hasil 1.02, % Hazardous material dengan hasil 1.87, % Material recycled or reused dengan hasil 0.66, dan % material biodegradable dengan hasil 1.09 . Performansi dari keempat KPI tersebut perlu dilakukan perbaikan kinerja.