PT XYZ adalah salah satu perusahaan yang bergerak di Industri minuman dengan memproduksi susu di Bandung. Susu merupakan salah satu jenis perishable food dimana memiliki umur produk. PT XYZ memproduksi susu dalam bentuk pouch dan Line Adicified Bottle (LAB). PT XYZ mengalami masalah dalam mengendalikan sistem persediaan bahan baku karena produk bersifat perishable food, hanya ada satu supplier yang menyediakan bahan, jumlah stok bahan baku yang tinggi, dan lead time bervariasi.
Persediaan pada PT XYZ masih belum efisien dilihat dari jumlah overstock yang mengindikasikan bahwa bahan baku Fresh Milk dapat mengalami expired dalam waktu tertentu. Kondisi ini menimbulkan stok yang tidak dapat digunakan untuk bulan selanjutnya, sehingga menimbulkan biaya yang harus ditanggung oleh PT XYZ. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan usulan kebijakan persediaan bahan baku agar dapat meminimasi total biaya persediaan. Kebijakan persediaan dilakukan dengan mempertimbangkan perishable item menggunakan metode Joint Replenishment dan model P.
Hasil dari kebijakan ini pada bahan baku Fresh Milk berupa economic order interval selama 2.1 hari serta economic order quantity berjumlah 9,932 unit. Safety stock yang digunakan untuk pemenuhan permintaan selama lead time menggunakan sebesar 3,795 unit, sedangkan reorder point sebesar 18,222 unit. Biaya deteriorasi sebesar Rp 25,204,611.
Kebijakan persediaan usulan dapat menghasilkan penghematan Rp 46,832,701 atau sebesar 58,27% dari kondisi aktual. Penelitian selanjutnya dapat merancang aplikasi untuk proses replenishment yang terintegrasi dengan pengiriman dari supplier dan manajemen persediaan.