Indonesia sangat dikenal dengan keragaman budaya yang unik dengan ciri khas dan karakteristik tersendiri dan memiliki cara masing-masing dalam proses pewarisannya. Salah satu budaya yang menarik untuk dijadikan penelitian oleh peneliti adalah omed-omedan. Budaya ini telah ada sejak tahun 1700 dan tetap lestari hingga saat ini, ketertarikan peneliti untuk fokus kepada gender laki-laki sebagai objek dari penelitian ini berdasarkan pada sebuah pernyataan dari Davis dan Proctor (1989, dalam Samovar, Porter, dan McDaniel, 2006) yang dalam penelitiannya menyatakan bahwa “In Asian families, males are primarily responsible for task function, while females attend to social and cultural tasks.” Menjelaskan bahwa di dalam sebuah keluarga di Asia, laki-laki lebih dominan dalam mengerjakan hal-hal yang memerlukan kekuatan fisik, seperti mencari nafkah, bahkan hingga memperbaiki kerusakan rumah.
Keseluruhan penelitian ini dipayungi oleh metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif serta menggunakan paradigma konstruktivis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini yang didapatkan melalui observasi ke lapangan, wawancara serta studi dokumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan proses komunikasi yang terjadi dalam proses pewarisan budaya omed-omedan.
Berdasarkan hasil penelitian, ditarik kesimpulan proses komunikasi yang terjadi melalui enkulturasi dan sosialisasi pada laki-laki di Banjar Kaja berbeda-beda pada setiap individu, beberapa individu mengalami proses enkulturasi yang lebih intense daripada individu lainnya, namun tidak menutup kemungkinan individu tersebut memiliki proses sosialisasi yang unik juga. Sekaa truna-truni menjadi sarana utama dalam terjadinya kedua proses ini, di dalam organisasi ini seluruh individu yang ingin mendapatkan pengetahuan mengenai omed-omedan berkumpul sehingga menciptakan kesempatan untuk terjadinya proses pewarisan budaya, baik melalui enkulturasi ataupun sosialisasi.
Kata kunci: Pewarisan Budaya, Enkulturasi, Sosialisasi, omed-omedan