Wireless Sensor Network (WSN) merupakan sekumpulan node yang berupa sensor memiliki fungsi untuk mengumpulkan informasi dengan berbagai macam teknik routing salah satunya adalah dengan skema clustering. Untuk area yang luas, mekanisme sensing yang dilakukan oleh node-node pada jaringan WSN umumnya memerlukan energi yang relatif besar. Hal ini ditandai dengan banyaknya round yang dimiliki. Semakin kecil nilai round dapat diartikan semakin boros penggunaan energi. Problem muncul tatkala round sudah habis tatkala sensing masih diperlukan. Sehingga bagaimana membuat agar nilai round menjadi besar adalah sebuah solusi. Pada studi ini dianalisis sebuah protokol yaitu Distributed Energy Efficient Clustering (DEEC) yang merupakan protokol cluster. Protokol cluster dipilih karena sangat cocok untuk kegiatan sensing pada wilayah yang besar. Sebagai pembanding untuk analisis, hasil simulasi protokol DEEC ini akan dibandingkan dengan protokol Low Energy Adaptive Clustering Hierarchy (LEACH). Pada studi ini akan dianalisis protokol LEACH dan protokol DEEC untuk mengetahui network lifetime berdasarkan banyaknya round. Pada simulasi akan dikonfigurasi pengubahan luas area dan jumlah node yang tersebar secara acak. Dari semua skenario yang disimulasikan, protokol DEEC memiliki performansi yang lebih baik dibandingkan protokol LEACH. Protokol DEEC memiliki sekitar 50% network lifetime lebih panjang daripada protokol LEACH. Hal ini terlihat dari jumlah round yang lebih banyak dibandingkan protokol LEACH untuk semua skenario. Untuk total paket yang dikirim, protokol DEEC memiliki sekitar 20% lebih banyak total paket yang terkirim dari node menuju cluster head dibanding protokol LEACH. Sedangkan untuk total paket yang terkirim dari cluster head menuju base station, pada protokol DEEC memiliki sekitar 75% lebih banyak total paket yang terkirim dibandingkan protokol LEACH.