ABSTRAK
Surakarta adalah salah satu daerah penghasil batik dengan pola ragam hias yang memiliki ciri khas. Batik surakarta memiliki pola yang halus dalam pallete warna yang khas dari biru sampai biru kehitaman, krem, dan cokelat kemerahan. Batik berkembang dan populer di Keraton Surakarta dan kebutuhan batik di luar Keraton juga ikut bertambah. Kegiatan membatik di luar Keraton dikelola para saudagar di wilayah kecamatan Surakarta seperti Kauman dan Laweyan. Laweyan adalah daerah pengrajin batik yang surut karena datangnya mesin printing dari Tiongkok pada tahun pada awal abad 20 dan berdampak hingga kini. Kampung Batik Laweyan merupakan daerah wisata yang memiliki sejarah serta menawarkan edukasi budaya yang harus dilestarikan. Masyrakat Kampung Batik Laweyan memiliki usaha hampir 80% sama, rata - rata sebagai pengrajin dan pedagang batik, masyarakat Kampung Batik Laweyan adalah masyarakat yang tertutup dari masyarakat sekitar di Surakarta. Lebih bergantung pada masyarakat di dalamnya sendiri. Oleh karena itu Kampung Batik Laweyan lebih menampakan diri kedalam daerah perdagangan dan pariwisata yang bersifat internal dan kurang disorot oleh masyarakat umum di sekitarnya. Regional branding seperti “Solo The Spirit of Java” hanya memiliki point of view atau memiliki pusat pada Keraton Surakarta Hadiningrat karena memang pengaruh Keraton sangat besar pada pembangunan dan kelangsungan di kota Surakarta sendiri dibanding dengan Laweyan. Hal tersebut adalah konsep dari Surakarta sebagai kota seni dan budaya. Oleh sebab itu kurangnya pengetahuan tentang hal ini pada masyarakat Surakarta dan sekitarnya tentu membuat Kampung Batik Laweyan harus diperhatikan. Metode pengumpulan data dan analisis SWOT dalam penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan. Dengan adanya identitas visual sebagai media informasi Kampung Batik Laweyan diharapkan dapat memperkenalkan Kampung Batik Laweyan kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya sebagai tempat wisata yang menawarkan edukasi berupa tour dan workshop mem-batik.
Kata Kunci: Batik, Budaya, Identitas Visual, Surakarta, Indonesia
ABSTRACT
? Surakarta is one of the producing regions of batik with decorative patterns that have distinctive characteristics. Surakarta batik has a subtle pattern in a typical color palette from blue to blackish blue, beige, and reddish brown. Batik developed and was popular in the Surakarta Palace and batik needs outside the Palace also increased. Batik activities outside the Palace are managed by merchants in Surakarta sub-districts such as Kauman and Laweyan. Laweyan was an area of ??batik craftsmen who receded due to the arrival of printing machines from China in the early 20th century and had an impact until now. Kampung Batik Laweyan is a tourist area that has a history and offers cultural education that must be preserved. The people of Kampung Batik Laweyan have almost 80% of the same business, on average as batik artisans and traders, the Kampung Batik Laweyan community is a closed society of surrounding communities in Surakarta. More dependent on the community in itself. Therefore Kampung Batik Laweyan reveals itself to the area of ??trade and tourism that is internal and less highlighted by the general public around it. Regional branding such as "Solo The Spirit of Java" only has a point of view or has a center on the Surakarta Hadiningrat Palace because indeed the influence of the Palace is very large on development and continuity in the city of Surakarta itself compared to Laweyan. This is the concept of Surakarta as a city of art and culture. Therefore the lack of knowledge about this matter in Surakarta and surrounding communities certainly makes Kampung Batik Laweyan a must be considered. The method of data collection and SWOT analysis in this study are expected to reach the goal. With the existence of a visual identity as an information medium, Kampung Batik Laweyan is expected to be able to introduce Batik Laweyan Village to Surakarta and surrounding communities as tourist attractions that offer education in the form of mem-batik tours and workshops
Key Words: Batik, Culture, Visual Identity, Surakarta, Indonesia