Indonesia termasuk salah satu negara tropis yang memiliki tingkat risiko terkena gigitan ular yang tinggi. Penyebab utama kematian dari kasus gigitan ular tentunya adalah karena racun yang disemprotkan oleh ular berbisa tersebut melalui gigi taringnya. Penyebab lainnya adalah kesalahan dalam mengidentifikasi bekas gigitan tersebut secara visual. Terdapat perbedaan anatomi gigitan pada ular berbisa dan tidak sehingga mengakibatkan perbedaan bekas gigitan pada korban. Pada penelitian ini dibangun sistem identifikasi bekas gigitan ular yang dapat mengidentifikasi bekas gigitan ular tersebut oleh ular berbisa atau tidak dengan metode Active Contour Model dan K Nearest Neighbor. Dengan melakukan beberapa pengujian terkait parameter yang digunakan pada metode tersebut, didapat nilai akurasi tertinggi pada metode K Nearest Neighbor adalah dengan menggunakan aturan jarak correlation, nilai K = 3, dan sistem klasifikasi tidak menggunakan distance weight.