Teknologi telekomunikasi sedang berkembang pesat di Indonesia baik di perkotaan maupun pedesaan. Namun, pembangunan link terestrial tidak merata akibat dari tantangan geografis wilayah yang rata-rata berupa pegunungan dan laut. Termasuk di Kabupaten Raja Ampat yang memiliki potensi wisata semestinya didukung oleh jaringan telekomunikasi yang memadai. Untuk mengatasi masalah tersebut, diusulkan solusi teknologi jaringan backhaul kombinasi transport microwave dan FSO pada link terestrial dan HAPS untuk mendukung komunikasi jaringan LTE.
Perencanaan ini menggunakan metode perancangan berdasarkan kapasitas untuk menentukan jumlah pelanggan pada jangka waktu lima tahun. Sehingga didapatkan nilai cell average throughput dari perhitungan single user throughput. Kemudian dilakukan simulasi backhaul terestrial microwave link dan menentukan model backhaul FSO HAPS link.
Sehingga didapatkan total kapasitas yang dibutuhkan sebesar 1.292,44 Mbps, dengan jumlah site sebanyak 31 site diseluruh distrik diwilayah Raja Ampat, jarak beragam dengan rata-rata 15,76 Km, frequency microwave link yang dipakai yaitu 8, 15, dan 23 GHz dengan polarisasi vertikal, free space loss rata-rata 134,94 dB, dan fade margin rata-rata 41,08 dB. Sedangkan platform HAPS yang dipakai berupa balon udara Sky Station yang ditempatkan diketinggian 20 Km pada lapisan stratosfer. FSO link digunakan untuk menghubungkan antar HAPS yang berjumlah 4 buah dan antara HAPS dengan terestrial. Kapasitas HAPS bergantung dengan jumlah kapasitas link terestrial yang dihubungkan seperti pada HAPS_WAIGEO terhubung dengan 3 link terestrial dengan kapasitas minimum 490,80 Mbps. Inter-HAPS menggunakan panjang gelombang FSO 1064 nm dihasilkan free space loss 190 dB, sedangkan link HAPS dengan terestrial menggunakan panjang gelombang 1550 nm dihasilkan nilai BER 10-9.
Kata Kunci : LTE, HAPS, microwave link, free space optical communication, capacity planning, backhaul