Fanatisme suporter sepak bola kembali menimbulkan korban jiwa saat Derby DIY antara PSIM dan PSS Sleman di akhir Juli 2018. Insiden ini menjadi menarik sebab diangkat oleh media-media lokal dan olahraga yang ada, seperti krjogja.com serta jogja.tribunnews.com. Dua media tersebut tentu berbeda dalam menjelaskan masalah yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk membongkar bagaimana wacana fanatisme dikonstruksi oleh krjogja.com dan jogja.tribunnews.com. Penelitian ini menggunakan analisis wacana kritis dari Norman Fairclough yang memiliki tiga tahap; analisis teks (mikro), analisis praktik diskursif (meso) dan analisis praktik sosial budaya (makro). Dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami atau menafsirkan fenomena dari sisi makna. Paradigma ini berusaha mengetahui realitas sebenarnya dari teks dan bahasa yang digunakan dalam berita terkait. Hasil dari penelitian ini adalah pengemasan wacana fanatisme yang berbeda dari dua media tersebut, utamanya secara bahasa. Krjogja.com cenderung menggunakan diksi yang aman dan umum supaya terlihat netral. Sedangkan jogja.tribunnews.com menggunakan diksi yang lebih provokatif namun dengan cara menunjukkan bahwa itu merupakan pernyataan narasumber, dan media ini berusaha terlihat memberikan data apa adanya.