ABSTRAK
Perkembangan teknologi yang berkembang pesat mempermudah dan mempercepat dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dalam berbagai hal, sepertigaya hidup, bersosialisasi, dan mencari informasi. Kemudahan menyebarkan informasi dan menerima informasi membuat kita mudah terpengaruh Awal Oktober tahun 2018 masyarakat Indonesia dihebohkan oleh beredarnya foto Ratna Sarumapet yang berwajah lebam, membengkak dan memar di media sosial yang diduga dipukuli oleh sekelompok orang Yang membuat kasus ini sangat menggemparkan tanah air adalah karena digaungkan oleh capres- cawapres nomer urut 02, yakni Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan timsesnya. Ratna mengaku bahwa dirinya berbohong. Prabowo dan timsesnya meminta maaf karena pernah ikut menyuarakan kebohohongan Ratna. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana media detik dan Republika.co.id melakukan pembingkaian pemberitaan mengenai keterlibatan Prabowo dalam kasus Ratna Sarumpaet. keterlibatan ini terlihat setelah pengakuan Ratna bahwa dirinya berbohong. Penelitian ini menggunakan analisis framing Zhondang pan dan kosicki dengan metode penelitian kualitatif dan paradigma konstruktivis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Detik.com dan Republika.co.id memiliki pandangan berbeda dalam membingkai berita. Detik.com melihat bahwa prabowo pernah ikut menyuarakan kebobohongan Ratna yang berarti pernah ikut terlibat dan mengaanggap permintaan maaf Prabowo tidak tulus. Narasumber yang dipakai ada kesamaan dengan Republika, tetapi lebih banyak kepihak yang bertentangan dengan Prabowo. Republika.co.id menafsirkan bahwa prabowo dan timsesnya dilibatkan dalam kasus Ratna. Republika melihat Pihak prabowo dan timsesnya adalah korban dari kasus Ratna.
Kata kunci: Framing, Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki, Hoaks, Ratna Sarumpaet, Prabowo