Penelitian ini dilatarbelakangi oleh transaksi non-tunai lewat fintech hanya 1.66% dari perputaran uang di Indonesia dan penetrasi penggunaan layanan keuangan melalui non perbankan atau financial technology (fintech) di Indonesia baru mencapai 5%. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada negara lain seperti China yang menduduki peringkat pertama dengan persentase 67%. Mckinsey mengatakan, tingkat penetrasi fintech tersebut dapat terus berkembang, bahkan mencapai 15 persen atau bisa menyaingi Australia yang sudah menyentuh 17 persen. Terutama dengan adanya aplikasi pembayaran seperti Gopay. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh performance expectancy, effort expectancy, social influence, perceived risk dan perceived cost terhadap behavioral intention pengguna Go-Pay di Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert. Populasi peelitian ini adalah pengguna mobile payment Go-Pay di Bandung dengan sampel sebanyak 400 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah Structural Equation Modeling (SEM). Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SmartPLS. Hasil dari penelitian ini, tanggapan responden mengenai variabel performance expectancy, variabel effort expectancy, variabel social influence berada pada kategori baik dan variabel perceived risk, variabel perceived cost berada pada kategori cukup baik. serta hasil analisis SEM-PLS bahwa performance expectancy, effort expectancy, social influence, perceived risk, perceived cost memiliki pengaruh secara signifikan terhadap behavioral intention.
Kata Kunci: Behavioral intention, Effort expectancy, Perceived risk, Perceived Cost, Performance expectancy, dan Social influence.