Dalam membuat aplikasi mobile, developer aplikasi harus membuat aplikasi untuk android dan ios, akan tetapi aplikasi yang dibuat untuk kedua sistem operasi tersebut memiliki bahasa dan logika pemrograman yang berbeda, sehingga developer memerlukan waktu, usaha, dan biaya dua kali untuk mengembangkan aplikasi yang sama. Kemudian, pada tahun 2015, facebook menyelesaikan permasalahan ini dengan mengembangkan suatu framework bernama react native, framework react native ini sehingga memungkinkan developer untuk mengembangkan aplikasi dalam single code base yang kemudian dapat berjalan di ios dan android, hingga kini framework react native merupakan mobile framework yang paling sering digunakan berdasarkan data survei dari website stackoverflow. Kemudian pada tahun 2018, google mengembangkan framework bernama flutter, sama halnya dengan react native, aplikasi yang dibuat menggunakan framework ini dapat berjalan pada ios dan android, perbedaannya adalah flutter memiliki engine buatan mereka sendiri bernama skia sementara react native menggunakan bridge untuk mengcompile code yang telah dibuat menggunakan bahasa pemrograman javascript menjadi Bahasa pemrograman swift dan c# untuk ios dan java/ kotlin untuk android. Penelitian ini menguji kinerja kedua framework pada 3 aplikasi yang telah dibuat dengan tampilan, dan fungsi yang sama lalu melihat penggunaan cpu, dan memori. Hasil akhir yang diperoleh react native unggul dalam penggunaan memori yang lebih rendah, sementara flutter unggul dalam penggunaan cpu yang lebih rendah.