Pemilihan presiden merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Banyak kampanye yang disuarakan secara langsung melalui sosial media. Twitter salah satu sosial media yang dimanfaatkan para pasangan calon (paslon) presiden untuk berkampanye. Sayangnya, kampanye disosial media khususnya pada Twitter dirusak oleh sejumlah oknum yang sengaja ingin menjatuhkan paslon presiden lain. Menimbulkan iklim suasana pemilihan presiden 2019 pada sosial media Twitter menjadi kurang baik. Berdasarkan permasalahan di atas, maka diperlukan sebuah sistem yang mampu mendeteksi adanya tweet yang mengandung unsur provokasi. Sehingga dapat membedakan mana tweet yang mengandung unsur provokasi dengan tweet yang tidak mengandung unsur provokasi. Pada penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan, tahapan pertama adalah pengambilan data twitter menggunakan Twitter API untuk mendapatkan dataset, kemudian preprocessing, pembangunan ontologi tambahan, pembangunan ontologi provokasi, klasifikasi, dan tahapan terakhir adalah evaluasi. Penggunaan metode ontologi sebagai klasifikasi calon presiden 2019 dan klasifikasi provokasi dan non provokasi dari data setiap calon dalam pemilihan presiden 2019. Dari hasil pengujian pada ontologi tanpa Rule-Based Classifier didapatkan rata-rata f1-score sebesar 80,5%. Sedangkan pengujian pada ontologi dengan Rule-Based Classifier didapatkan rata-rata f1-score sebesar 87,7%, maka rata-rata f1-score naik sebesar 7,2%
Kata kunci: Ontologi, provokasi, tweet, pemilihan presiden 2019