Dewasa ini, persaingan dalam bisnis semakin ketat, salah satunya disebabkan oleh era globalisasi. Produk membutuhkan branding yang baik. Salah satu elemen yang dapat memperkuat branding yaitu jingle, serta strategi pemasaran diperlukan sebagai alat untuk bersaing di era globalisasi. Hal tersebut memicu kemajuan teknologi dan pengetahuan, salah satunya neuroscience khususnya pada neuromarketing. Neuromarketing digunakan untuk memahami perilaku konsumen terhadap pasar dan perubahannya. Perilaku konsumen diukur menggunakan sinyal electroencephalograph (EEG) 16 kanal (Fp1, Fp2, F3, F4, C3, C4, P3, P4, O1, O2, F7, F8, T3, T4, T5, dan T6) untuk mengetahui gelombang otak yang terjadi pada manusia pada saat diberi stimulus berupa jingle. Perilaku konsumen dapat diukur menggunakan kuisioner, polling, survei, dan neuromarketing. Menurut F. Babiloni neuromarketing dapat menjelaskan secara eksplisit alasan konsumen memilih produk tersebut, sedangkan metode lain tidak dapat menjelaskannya.
Penelitian neuromarketing terhadap sinyal EEG dengan stimulus berupa jingle dilakukan untuk mengetahui respon perilaku konsumen ketika diberi stimulus berupa jingle. Penelitian tersebut terbagi kedalam dua tahap, tahap yang pertama yaitu dengan pengambilan data menggunakan EEG secara langsung untuk mengukur aktivitas sinyal otak terkait perilaku konsumen. Tahap yang kedua yaitu pre-processing dengan butterworth bandpass filter orde 4 dan frekuensi cut-off sebesar 8 Hz – 12 Hz.
Pada hasil akuisisi data keenam subjek diperoleh keterkaitan antara top brand dengan jawaban subjek menggunakan kuisioner. Setelah tahap filtering pada pre-processing, ditemukan aktivitas sinyal otak pada area frontal atau bagian short term memory. Area frontal memiliki energi yang lebih tinggi dibanding area yang lain, energi tertinggi tersebut ditemukan pada kanal F4.
Kata Kunci : EEG 16 kanal, neuromarketing, branding, jingle, short term memory.